Sukses

Tingkatkan Literasi Maritim, Kemenko Marves Luncurkan Series Mangi-Mangi

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi meluncurkan karya film series yang berjudul Mangi-mangi, Rabu (08/09/2021).

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi meluncurkan film series yang berjudul Mangi-Mangi, Rabu (08/09/2021). Lokasi dari pembuatan film tersebut di Kaliwlingi, sebuah desa di Brebes Jawa Tengah yang mampu membangun hutan mangrove (pohon bakau).

Mangi-mangi sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Melayu Kuno yang memiliki arti mangrove. Oleh karena itu, inti cerita yang ingin dibawakan adalah seputar masyarakat di daerah pesisir, yaitu Brebes, yang melestarikan hutan mangrove di wilayahnya.

Tujuan dari literasi yang dilakukan Kemenko Marves ingin meningkatkan literasi masyarakat dengan pengetahuan tentang kemaritiman di Indonesia. Pemberian edukasi melalui film disesuaikan dengan era digital yang banyak memanfaatkan audio visual sebagai perantara pesan.

Alasan tersebut berkorelasi dengan hutan mangrove yang ada di Indonesia. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Agung Kuswandono mengatakan, Indonesia telah kehilangan hutan mangrove sekitar 1,8 juta hektare.

Mangrove kita telah lenyap sebanyak itu, kalau dihitung per batangnya mungkin bisa miliaran. Dengan begitu, lewat isu ini ingin diangkat menjadi film agar masyarakat Indonesia bisa memiliki literasi yang jauh lebih baik mengenai kemaritiman,” kata Agung.

Tak hanya itu, nilai yang ingin bagikan bahwa kolaborasi untuk menjaga dan melestarikan lingkungan membutuhkan bantuan dari berbagai institusi. Ada banyak permasalahan seputar kemaritiman yang masih belum diselesaikan.

“Film menjadi alat dari berbagai propaganda kebijakan dan aturan. Oleh karena itu, Kemenko Maves ingin memanfaatkan cara ini untuk bisa menyampaikan pesan kepada masyarakat,” ujar Kepala Biro Komunikasi Kemaritiman dan Investasi Andreas Dipi Patria.

Pemanfaatan dari kekayaan maritim yang di Indonesia harus dapat lebih dioptimalkan lagi dari segi keamanan dan perlindungannya. Melalui film yang digarap dengan menghasilkan 2 episode berdurasi 30 menit di tiap episodenya, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kemaritiman di Indonesia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berawal dari Gerakan Masyarakat

Riset demi riset dilakukan terlebih dahulu untuk mengumpulkan data primer dan sekunder dalam pembuatan film. Hal menarik yang ditemukan tim produksi adalah menemukan sekolah alam yang aktif melakukan jamboree (kegiatan pramuka) mangrove sebelum adanya pandemi.

“Ternyata yang menarik tidak hanya sekolah alamnya saja, tetapi ada mangrove sari, sebuah ekowisata yang diolah secara swadaya oleh sekelompok masyarakat,” ujar produser eksekutif film series Mangi-Mangi Khairul Hidayati.

Hal tersebut merupakan gerakan dari masyarakat untuk bangkit dan kembali membangun wilayah dan lingkungan tempat mereka tinggali yang pernah terkena musibah abrasi. Upaya yang dilakukan salah satunya membudidayakan mangrove.

Informasi tersebut pun dijadikan data primer dalam pembuatan film. Sisi humanis yang diangkat menjadi topik pembuatan film akhirnya mulai dijalankan dengan mencari kisah-kisah menarik lainnya dari penduduk sekitar.

“Laut menjadi masa depan. Ketika ada film laut, maka itu akan menjadi masa depan bagi anak-anak generasi ke depannya,” ujar Kirana Kejora sebagai produser film.

Dengan menargetkan generasi penerus, generasi yang dijadikan sebagai sasaran adalah milenial dan generasi-Z. Hanya saja tantangan yang dialami harus dapat memunculkan ide-ide kreatif yang menarik agar pesan tersebut bisa sampai ke target audiens yang sudah ditentukan.

Merespons tantangan tersebut, kolaborasi yang dilakukan pun mengajak anak-anak muda yang ahli di bidangnya masing-masing untuk turut berkontribusi dalam pembuatan film. Inovasi dan pikiran kreatif yang dimiliki anak muda sangat beragam dan cenderung bersifat fleksibel.

“Misi harus kita satukan bahwa film ini adalah sebuah karya bersama. Jadi, dari situ kreativitas dan inovatif yang bersifat masih ‘liar’ dapat kami kolaborasikan dengan baik sesuai keinginan target tim,” tambah Kirana. 

3 dari 3 halaman

Pesan untuk Generasi Penerus

“Saya coba sesuaikan dengan audiens, makanya saya buat tiga sahabat dari desa yang berfokus sama mangrove,” ujar sutradara dari Mangi-Mangi Alif Steve. 

Ketika ada beberapa permasalahan dan konklusi, kedua hal tersebut dicoba digabung dan diselaraskan dengan baik agar pesan lebih mudah dimengerti. Apalagi jika pesan secara emosional ingin berhasil disampaikan, tim produksi harus dapat mengemas adegan demi adegan berdasarkan sudut pandang audiens.

“Alur dan dialog yang disesuaikan pun menggunakan gaya yang kekinian” jelas Kirana saat menjelaskan target audiens.

Proses produksi ini akan terus dilakukan yang berfokus di daerah Belitung. Tim sudah mulai melakukan riset untuk pembuatan alur cerita sambil menunggu pendanaan dari sponsor-sponsor yang turut berkontribusi.

“Buat gen-Z kalau kalian berada dalam kondisi sulit seperti film ini, jangan pernah menyerang, ubah keterbatasan tersebut sebagai suatu inovasi yang menghasilkan sesuatu yang dapat digunakan untuk mengembangkan wilayah,” jelas Khairul Hidayati.

 

Reporter: Caroline Saskia

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.