Sukses

Harga Minyak Terjun Bebas Usai Arab Saudi Potong Harga untuk Asia

Penurunan harga minyak pada perdagangan Senin tertahan oleh kekhawatiran bahwa pasokan AS akan terbatas setelah Badai Ida.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak kembali melemah pada perdagangan Senin setelah eksportir utama Arab Saudi mengumumkan akan memangkas harga minyak mentah untuk Asia pada akhir pekan kemarin. Hal ini menandakan bahwa pasokan global tengah naik.

Mengutip CNBC, Selasa (7/9/2021), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November turun 57 sen atau 0,8 persen menjadi USD 72,04 per barel pada 01.01 GMT.

sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober berada di leve USD 68,73 per barel. Angka ini turun 56 sen atau 0,8 persen.

Produsen minyak raksasa Saudi Aramco menginformasikan ke pelanggan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu bahwa mereka akan memangkas harga pengiriman Oktober untuk semua jenis minyak mentah yang dijual ke Asia.

Wilayah ini merupakan konsumen terbesar Saudi Aramco. Sedangkan untuk nilai pemotongan harga setidaknya USD 1 per barel. Pemotongan harga ini lebih besar dari yang diharapkan, menurut jajak pendapat Reuters.

Pelemahan harga minyak mentah berjangka pada perdagangan Senin menambah penurunan yang sudah terjadi pada Jumat setelah laporan pekerjaan AS yang lebih lemah dari yang diharapkan.

Hal ini mengindikasikan pemulihan ekonomi yang tidak merata yang dapat berarti permintaan bahan bakar yang lebih lambat selama pandemi yang bangkit kembali. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penurunan Terbatas

Namun penurunan harga minyak pada perdagangan Senin ini tertahan oleh kekhawatiran bahwa pasokan AS akan tetap terbatas setelah Badai Ida.

Pemerintah AS melepaskan minyak mentah dari cadangan minyak strategis karena produksi di Pantai Teluk AS tengah berjuang untuk pulih. Sekitar 1,7 juta barel minyak dan 1,99 miliar kaki kubik output gas alam masih belum bisa diproduksi karena badai.

Sementara kekurangan listrik membuat beberapa kilang sukit melanjutkan operasi.

Badai itu juga menyebabkan perusahaan energi AS pada pekan lalu memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk pertama kalinya dalam lima minggu.

Data dari Baker Hughes menunjukkan pada hari Jumat bahwa jumlah rig minyak saja turun paling banyak sejak Juni 2020.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.