Sukses

Harga Minyak Turun Usai Permintaan di Asia Tak Sesuai Harapan

Harga minyak turun pada hari Selasa

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun pada hari Selasa, dengan kedua kontrak menuju kerugian sesi keempat berturut-turut.

Harg minyak terbebani oleh gambaran permintaan yang lemah di Asia dan OPEC dan sekutunya mengatakan pasar tidak membutuhkan lebih banyak minyak mentah.

Dikutip dari CNBC, Rabu (18/8/2021), harga minyak mentah Brent turun 11 sen, atau 0,2 persen, menjadi USD 69,39 per barel, setelah naik setinggi USD 69,77 di awal sesi.

Minyak mentah West Intermediate (WTI) AS turun 38 sen, atau 0,6 persen, menjadi USD 66,91 per barel, setelah sebelumnya mencapai USD 67,66.

Di sisi permintaan, pemrosesan minyak mentah harian di China, importir minyak terbesar dunia, turun ke level terendah pada Juli sejak Mei 2020 karena pabrik independen memangkas produksi di tengah kuota yang lebih ketat, inventaris tinggi, dan laba yang melemah.

Output pabrik dan pertumbuhan penjualan ritel China juga melambat tajam dan meleset dari ekspektasi pada Juli, karena wabah dan banjir baru COVID-19 mengganggu bisnis.

Hedge fund menjual minyak bumi minggu lalu untuk keenam kalinya dalam delapan minggu karena infeksi virus corona yang bangkit kembali di China, Eropa, dan Amerika Utara mengurangi harapan dimulainya kembali perjalanan udara jarak jauh dengan cepat.

Jepang akan memperpanjang dan memperluas pembatasan di Tokyo dan di tempat lain sementara Selandia Baru memasuki penguncian baru pada hari Selasa setelah kasus virus corona pertama negara itu dalam enam bulan dilaporkan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pasokan

Di sisi pasokan, produksi minyak serpih AS diperkirakan akan meningkat menjadi 8,1 juta barel per hari (bph) pada September, tertinggi sejak April 2020, menurut data pemerintah.

Pekan lalu, pemerintahan Presiden AS Joe Biden mendesak OPEC+, yang mengelompokkan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen lain seperti Rusia, untuk meningkatkan produksi minyak guna mengatasi kenaikan harga bensin.

Tetapi empat sumber mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok itu percaya pasar minyak tidak membutuhkan lebih banyak minyak mentah daripada yang mereka rencanakan untuk dirilis dalam beberapa bulan mendatang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.