Sukses

Hutama Karya Klaim Pembangunan dan Operasional Tol Trans Sumatera Tak Rusak Lingkungan

Jalan tol Trans Sumatera akan memangkas waktu tempuh antar daerah, memperlancar arus barang, dan menghidupkan titik-titik perekonomian baru di sepanjang Pulau Sumatera.

Liputan6.com, Jakarta - PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) terus melanjutkan penugasan untuk membangun Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang tersambung dari Aceh hingga Lampung. Tercatat hingga saat ini, sepanjang 531 km Jalan Tol Trans Sumatera telah dioperasikan dan dapat dilalui oleh masyarakat.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui akun Instagram resminya menyampaikan, akan ada banyak manfaat atas terbangunnya jalan tol terpanjang di Indonesia ini.

"Jalan tol Trans Sumatera akan memangkas waktu tempuh antar daerah, memperlancar arus barang, dan menghidupkan titik-titik perekonomian baru di sepanjang Pulau Sumatera. Pembangunan dan pengoperasiannya juga menyerap ratusan ribu tenaga kerja," kata Jokowi dalam keterangan resmi yang dikeluarkan Hutama Karya, Selasa (17/8/2021).

Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro mengatakan, selain memiliki progres signifikan, pihaknya memastikan bahwa dalam pembangunan hingga pengoperasian, pihaknya telah melakukan berbagai kajian dan analisis dampak kehadiran Jalan Tol Trans Sumatera bagi lingkungan dan masyarakat, sehingga mitigasi risiko dapat dilakukan sejak awal.

"Pembangunan dan pengoperasian JTTS kami pastikan tidak merusak ekosistem. Kami sudah hitung AMDAL-nya. Seperti yang disampaikan oleh Pak Presiden, bahwa kehadirannya membawa banyak dampak dan manfaat bagi masyarakat khususnya di Sumatra," ujar Koentjoro.

Koentjoro menuturkan, beberapa tindakan yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi timbulnya permasalahan tersebut yakni penggunaan alat berat, kendaraan dan mesin pendukung yang layak pakai, serta terkontrol emisinya, memindahkan drainase eksisting /membuat drainase sementara untuk mengganti drainase eksisting selama pekerjaan tanah berlangsung.

Kemudian menyiapkan perencanaan dan pelaksanaan cutt and fill (menguruk tanah) sesuai dengan prosedur yang berlaku mengacu pada SNI dan standar teknis, melakukan penanganan permukaan yang miring dengan perkerasan atau penanaman rumput.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pendekatan Teknologi

Tak hanya itu, dia menambahkan, upaya pengelolaan lingkungan juga dilakukan Hutama Karya melalui pendekatan teknologi yang mengikuti perkembangan ilmu dan sesuai dengan sifat dampak yang timbul akibat pembangunan jalan tol di masing-masing ruas Jalan Tol Trans Sumatera. Pendekatan ini diharapkan mampu mencegah, meminimalisir, memperbaiki kerusakan, serta menganggulangi pemborosan sumber daya alam.

"Diantaranya pada tahap persiapan lahan, Hutama Karya melakukan pematangan lahan secara matang pada area yang terkait dengan irigasi sehingga fungsi irigasi tidak terputus total. Lalu menyediakan kolam-kolam yang berfungsi sebagai penyerap sedimen (sand trap) untuk meminimalisir laju sedimentasi yang berasal dari jalan yang disiapkan untuk jalan tol," terangnya.

"Sedangkan pada tahap konstruksi, Hutama Karya melakukan pemilihan metode aplikasi tiang pancang (bore pile) dalam membangun jembatan penghubung untuk meminimalisir tingkat kebisingan dan timbulnya efek pergerakan tanah yang besar," ungkap Koentjoro.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.