Sukses

Harga Minyak Naik Usai Permintaan Bensin di Eropa dan AS Meningkat

Harga minyak naik pada hari Selasa, menutup beberapa kerugian mereka di sesi sebelumnya

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik pada hari Selasa, menutup beberapa kerugian mereka di sesi sebelumnya. Hal ini karena meningkatnya permintaan di Eropa dan Amerika Serikat melebihi kekhawatiran atas peningkatan kasus COVID-19 di negara-negara Asia.

Dikutip dari CNBC, Rabu (11/8/2021), harga minyak mentah Brent naik USD 1,59, atau 2,3 persen, menjadi USD 70,63 per barel dan minyak AS menetap USD 1,81, atau 2,7 persen, lebih tinggi pada USD 68,29 per barel.

Kedua kontrak turun sekitar 2,5 persen pada hari Senin, tetapi analis percaya kemunduran pandemi tidak akan berlangsung lama.

"Turbulensi ini harus tetap sementara, paling tidak karena permintaan minyak dunia Barat kembali pada, atau di atas, tingkat pra-pandemi dan menguras pasokan global," kata Nortbert Ruecker, analis di bank Swiss Julius Baer.

Minyak mentah AS, bensin, dan persediaan produk lainnya kemungkinan telah turun minggu lalu, dengan stok bensin diperkirakan turun untuk periode keempat berturut-turut, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada hari Senin.

Persediaan minyak mentah diperkirakan turun sekitar 1,1 barel dalam seminggu hingga 6 Agustus, menurut perkiraan rata-rata enam analis yang disurvei oleh Reuters.

Di Amerika Serikat, Senat akan memberikan suara pada pengesahan RUU infrastruktur senilai USD 1 triliun pada hari Selasa, yang jika disahkan akan meningkatkan ekonomi dan permintaan produk minyak, kata para analis.

Program vaksinasi yang berhasil di Barat dan data ekonomi yang menggembirakan sangat kontras dengan meningkatnya infeksi di Timur.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Australia dan China

Di Australia, polisi turun ke jalan untuk menegakkan pembatasan terkait COVID, sementara beberapa kota di China, importir minyak mentah utama dunia, telah meningkatkan pengujian massal ketika pihak berwenang mencoba untuk membasmi gelombang baru virus.

"Penguncian (di China) dapat memicu jeda sesaat dalam aksi harga, tetapi karena kasus COVID-19 diperkirakan akan mereda dengan cepat mengingat jumlah infeksi yang relatif rendah, penurunannya mungkin cepat berlalu," kata analis StoneX, Kevin Solomon.

Data ekonomi minggu ini, terutama Indeks Harga Konsumen AS pada hari Rabu, akan memberikan panduan tentang seberapa keras virus akan memukul konsumsi minyak global dan regional, kata para analis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.