Sukses

Cerita Lansia Sukses Buat Tas dan Sepatu dari Daun Nanas, Dijual ke Chanel hingga Hugo Boss

Carmen Hijosa, pengusaha yang justru lebih produktif di masa pensiun dengan membuat sepatu dan tas vegan dari daun nanas.

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha asal Spanyol ini sudah memasuki masa pensiunnya. Namun, ia memanfaatkan masa pensiun dengan membuat sepatu dan tas vegan dari daun nanas untuk Chanel, Mango, dan H&M.

Melansir dari insider, Kamis (12/8/2021), Carmen Hijosa telah bekerja di dunia mode selama 12 tahun. Perusahaan tempat ia bekerja, Piñatex, telah bekerja dengan lebih dari 3 ribu merek di seluruh dunia, termasuk Hugo Boss, Chanel, Mango, dan Ecoalf.

Hal yang menarik terjadi pada 2016, Hijosa mampu menghasilkan keuntungannya sebesar USD 363 ribu karena peluncuran protipe pertamanya di Piñatex.

Sejak saat itu, keahlian dan bakatnya diapresiasi oleh perusahaan dengan menyalurkan ide-idenya agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi di tahun depan.

Kontribusinya dalam perusahaan menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Saat pandemi melanda di 2020, Piñatex tetap tumbuh sebesar 40 persen dibandingkan 2019.

Saat ini, perusahaan masih dalam fase transisi dan peralihan bekerja secara hybrid

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mencoba Mencari Pengalaman Baru

Kembali ke tahun 1993, Hijosa baru menginjak usia 12 tahun ketika pindah ke Irlandia. Tujuannya adalah ingin belajar sekaligus bekerja.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya ia diterima dan bekerja di sebuah perusahaan kecil yang kurang lebih terdiri dari 30 orang.

Pekerjaannya saat itu adalah memproduksi produk kulit mewah untuk perusahaan Harrods, Liberty, dan Takashimaya.

Meskipun itu bukan panggilan utamanya, langkah yang dia ambil selanjutnya adalah bekerja sebagai konsultan untuk Uni Eropa dan Bank Dunia.

Pekerjaan itu membuka peluang baginya untuk dapat berpergian dan belajar tentang hal-hal yang dia sukai. Lalu, pada 1993, ia pergi ke Filipina untuk melakukan pengecekan produk kulit yang diproduksi. Suasana kerja yang tidak mendukung menjadi salah satu alasannya untuk berhenti dari pekerjaannya.

“Saya tidak memiliki rencana B, saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya tidak akan bekerja untuk ‘kulit’ lagi,” jawab Hijosa. Sejak keputusannya saat itu, hidupnya perlahan mulai berubah.

 

3 dari 4 halaman

Masalah yang Sekaligus Jadi Solusi

Ketika berhenti dari pekerjaannya, ia tidak langsung menemukan inovasi apapun untuk menyingkirkannya dari situasi tersebut.

Proses berjalan sangat lambat, mengingat Hijosa harus mampu menganalisis pasar lokal di Filipina.

Hal baru selanjutnya pun dimulai sebagai lembaran baru. Pekerjaannya dilakukan ternyata berkolaborasi dengan Pusat Desain negara yang berhubungan dengan petani, seperti pengrajin tangan. 

Baginya, apa yang saat itu terjadi memberikan inspirasi baru untuk menghubungkan tentang apa yang ingin ia ciptakan selama ini. “Dengan bekerja erat dengan produk ini, saya mulai menyadari apa yang saya cari selama ini,” jelasnya.

Saat dirinya bekerja langsung di lapangan dan memegang hasil pertanian tersebut dengan tangannya sendiri, muncul perasaan hangat dan seolah serat tersebut berbicara kepadanya secara langsung.

“Saya terus mencoba lagi, lagi, dan lagi,” jawabnya. Pada titik tersebutlah, Hijosa mengatakan pada INSIDER, Selasa (10/08/2021) bahwa ia terpesona dengan daun nanas.

“Seratnya sangat halus, tetapi kuat dan juga fleksibel. Saya pikir, saya bisa membuatnya semua menyatu,” jawabnya.

 

 

4 dari 4 halaman

Melintasi Benua Asia ke Eropa

Dengan tersenyum puas, Hijosa mengatakan bahwa kesuksesannya sampai saat ini bukanlah proses yang mudah. Apalagi meyakinkan investor untuk membantu produknya adalah hal yang paling menantang. Ada banyak batu sandungan yang ia temukan selama ini.

“Tidak mudah untuk menemukan orang yang memiliki visi untuk masa depan dan membayangkan apa yang akan Anda kerjakan selanjutnya,” ujar Hijosa.

Adapun setelah membuat jaringan serat di Filipina, ia perlu mendesain sebuah lapisan atas yang akan diolah menjadi ‘kuli imitasi’.

Kemampuan yang ia miliki sekarang merupakan pengetahuan yang sangat bermanfaat ketika ia mengenyam pendidikan di Universitas Barcelona jurusan Desain dan Teknik, serta beberapa perusahaan yang telah memberikan pembekalan bagi dirinya.

“Mampu bekerja dengan percaya diri pada produk yang dipercaya orang memungkinkan Anda untuk terus berkembang,” paparnya.

Pencapaiannya saat ini menjadi sebuah kehormatan karena menawarkan produk yang bersih dari limbah tanpa ada sampah yang menimbulkan polusi. Tak hanya itu, inovasi yang ia kembangkan telah membantu ribuan keluarga di Filipina.

Dengan memberikan kesempatan perempuan untuk bekerja agar dapat menyekolahkan anak-anak mereka.

Reporter: Caroline Saskia

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.