Sukses

Pertamina Kejar Target Pengembangan EBT di Indonesia

Pertamina tengah mengembangkan mikroalga yang menghasilkan biofuel dan produk turunan lainnya dari lipid mikroalga dengan menggunakan nutrisi dan media alternatif.

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) terus mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi di Indonesia. Perusahaan telah mengembangkan beberapa proyek, dan kegiatan untuk memperluas portofolio energi hijau.

"Kami telah mengembangkan beberapa energi berbasis EBT, baik yang sudah berjalan, sedang dikembangkan atau dalam pengembangan, dan pengembangan untuk masa depan," ungkap Senior Vice President Research and Innovation Technology PT Pertamina (Persero), Oki Muraza, dikutip dari keterangannya pada Rabu (28/7/2021).

Oki memaparkan bahwa EBT yang sudah berjalan memiliki nilai komersial bagi perusahaan seperti Biodiesel B30 yang kini diproduksi sebesar 8,5 juta kilo liter pada 2020. Kini perusahaan menargetkan 100 kilo barrel per day (KBPD) pada 2025.

Ia juga menyampaikan, panas bumi juga ditingkatkan kapasitasnya dari 672 MW pada 2020 menjadi 1.128 MW pada 2026. Selanjutnya, Solar PV saat ini kapasitas terpasang sebesar 4 MW pada 2020 menjadi 700 MW pada tahun 2026.

"Seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum di Indonesia, Kilang-kilang Pertamina, hingga wilayah perkantoran akan kami pasang Solar PV untuk mengejar target tersebut," ucap Oki.

Selanjutnya, biogas yang memiliki kapasitas terpasang sebesar 4 MW pada 2020 menjadi 153 MW pada 2026.

Selain yang sudah berjalan, Pertamina juga melakukan pengembangan yang saat ini sedang berlangsung, yaitu infrastruktur baterai & electric vehicle, memiliki kapasitas terpasang dari 200 MWh pada 2022 menjadi 30,2 GWh pada 2025.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mikroalga

Selanjutnya, DME target kapasitasnya sebesar 5.200 KTPA pada 2025 dari sumber daya batubara lokal. Bioethanol target kapasitasnya sebesar 50 KTPA pada 2025 dari biomassa limbah kelapa sawit, sedangkan kapasitas metanol sebesar 1.000 KTPA pada 2025 dengan memanfaatkan sumber daya batubara atau gas alam yang tersedia secara lokal.

Adapun pengembangan di masa depan atau jangka panjang yang sedang dikerjakan Pertamina, seperti mikroalga yang menghasilkan biofuel dan produk turunan lainnya dari lipid mikroalga dengan menggunakan nutrisi dan media alternatif.

"Selain itu, hidrogen sebagai inisiatif pemanfaatan energi hidrogen hijau oleh lapangan panas bumi Pertamina. Ada fuel cell, untuk mendukung pembangunan transportasi bersih, dan tenaga nuklir sebagai pemanfaatan tenaga lebih lanjut pengembangan energi terbarukan," tutur Oki.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.