Sukses

Indonesia Bakal Impor Oksigen dari Singapura dan Malaysia?

Pemerintah berencana melakukan impor oksigen untuk kebutuhan medis dalam rangka menangani lonjakan kasus Covid-19 di dalam negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana melakukan impor oksigen untuk kebutuhan medis dalam rangka menangani lonjakan kasus Covid-19 di dalam negeri.

Dalam hal ini pemerintah telah membuka komunikasi dengan 4 perusahaan asing produsen gas oksigen yang berkantor di Malaysia dan Singapura.

"Kebetulan pemain gas oksigen ini kan ada asing yang empat itu. Kita komunikasi dengan dia dan telah sampaikan lewat kantornya yang di Singapura dan Malaysia," kata Direktur Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Fridy Juwono kepada Merdeka.com, Jakarta, Senin (5/7/2021).

Empat produsen tersebut yaitu Air DD, Air Liquide, Air Product dan Botani. Keempat produsen gas oksigen tersebut berasal dari Jerman dan Malaysia.

Firdy memastikan para produsen sepakat untuk menjadi penyuplai gas oksigen ke Indonesia, meski tidak ada pertemuan secara langsung membahasnya. 

"Secara manajemennya mereka komitmen bantu kita. Sudah bicara langsung dan mereka bilang akan all out bantu kita demi kemanusiaan," ungkap dia.

Empat perusahaan tadi juga telah berkomitmen untuk mempercepat proses secara teknis impor. Sehingga bila sudah waktunya untuk impor gas oksigen, mereka sudah siap.

"Jadi kalau mau impor kita sudah siap semua dengan segala infrastrukturnya," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kebutuhan Oksigen

Saat ini lanjut Fridy, pihaknya tengah menunggu data kebutuhan oksigen dari Kementerian Kesehatan. Dia menyebut, empat perusahaan asing tersebut akan menyesuaikan produksi gas oksigen sesuai dengan kebutuhan.

"Kita tunggu (data dari Kemenkes) dan mereka akan sampaikan secara resmi tapi ini buat pegangan kita. Tapi instruksinya siap," kata dia.

"Misalnya, kalau pemerintah gini, kamu bisa enggak upayakan 1.000 ton per hari, nah itu yang akan diupayakan produsen. Tapi industrinya di sana kapan bergeraknya, nanti dilihat perkembangannya," sambungnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.