Sukses

Usai Cetak Rekor, Harga Minyak Terkoreksi

Harga minyak mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018 pada hari Senin, namum kemudian turun

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018 pada hari Senin, namum kemudian turun karena investor mengamati hasil OPEC+ minggu ini ketika Amerika Serikat dan Iran berselisih mengenai kebangkitan kesepakatan nuklir, menunda lonjakan ekspor minyak Iran.

Dikutip dari CNBC, Selasa (29/6/2021), harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus turun 67 sen, atau 0,9 persen, menjadi USD 73,40 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk Agustus berada di USD 75,44 per barel, turun 74 sen, atau 1 persen.

Harga minyak naik untuk minggu kelima pekan lalu karena permintaan bahan bakar rebound pada pertumbuhan ekonomi yang kuat dan peningkatan perjalanan selama musim panas di belahan bumi utara.

Sementara pasokan minyak mentah global tetap nyaman karena Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu mereka mempertahankan pengurangan produksi. .

Kelompok produsen, yang dikenal sebagai OPEC+, mengembalikan 2,1 juta barel per hari (bph) ke pasar dari Mei hingga Juli sebagai bagian dari rencana untuk secara bertahap melepaskan pembatasan produksi minyak rekor tahun lalu. OPEC+ bertemu pada 1 Juli dan selanjutnya dapat mengurangi pengurangan pasokan pada Agustus karena harga minyak naik karena pemulihan permintaan.

"Pemulihan permintaan telah mengejutkan semua orang dan OPEC perlu merespons," Howie Lee, ekonom di bank OCBC Singapura, mengatakan.

"Ada beberapa kelonggaran untuk mengurangi pembatasan pasokan mengingat betapa tingginya harga, dan kita mungkin melihat peningkatan 250.000 barel per hari dari Agustus," tambahnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prediksi

ANZ dan ING memperkirakan OPEC+ akan meningkatkan produksi sekitar 500.000 barel per hari pada Agustus, yang kemungkinan akan mendukung harga yang lebih tinggi.

"Apa pun yang kurang dari jumlah ini kemungkinan akan cukup untuk melihat kenaikan mendorong pasar lebih tinggi dalam waktu dekat," kata analis ING dalam sebuah catatan.

Seorang analis minyak yang berbasis di Singapura mengatakan harga minyak tidak mungkin melihat koreksi besar kecuali OPEC+ meningkatkan pasokan sebesar 1 juta barel per hari atau lebih.

Negosiasi atas kebangkitan kembali kesepakatan nuklir Iran diperkirakan akan dilanjutkan dalam beberapa hari mendatang. Perjanjian pemantauan antara Teheran dan pengawas nuklir PBB berakhir pekan lalu.

Dolar AS yang lebih lemah dan pembalikan selera risiko di pasar global juga mendukung harga komoditas dalam mata uang dolar.

Amerika Serikat menambahkan 13 rig minyak dan gas pada bulan Juni, naik untuk bulan ke-11 berturut-turut seiring dengan harga minyak yang lebih tinggi, meskipun itu merupakan kenaikan bulanan terkecil sejak September 2020, data Baker Hughes menunjukkan pada hari Jumat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.