Sukses

5 Fakta Utang Pemerintah Tembus Rp 6.000 Triliun

Posisi utang pemerintah terus melambung di tengah pandemi Covid-19. Posisi utang pemerintah pada akhir Mei 2021 mencapai Rp 6.418 triliun

Liputan6.com, Jakarta Posisi utang pemerintah terus melambung di tengah pandemi Covid-19. Posisi utang pemerintah pada akhir Mei 2021 mencapai Rp 6.418 triliun. Ini setara dengan 40,49 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada periode waktu yang sama.

Jumlah utang pemerintah tersebut naik Rp 1.159,58 triliun dari posisi Mei 2020 yang sebesar Rp 5.258,57 triliun, atau 32,09 persen dari PDB. Jika dihitung, utang negara melonjak sekitar 22 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Mengutip catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), utang pemerintah tercatat selalu di atas pertumbuhan PDB, dan condong terus membesar. Di sisi lain, angka Produk Domestik Bruto justru mengalami tren penurunan, hingga harus terkontraksi akibat pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.

Namun, jika dibandingkan dengan posisi April 2022, jumlah utang pemerintah turun sebesar Rp 109,14 triliun. Secara rasio terhadap PDB, itu turun dari 41,28 persen menjadi 40,49 persen.

Seperti dirangkum Liputan6.com, Sabtu (26/6/2021), berikut fakta-fakta utang pemerintah yang jumlahnya di atas Rp 6.000 triliun:

1. Masih Aman?

Jika mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, batas rasio utang pemerintah terhadap PDB berada di level 60 persen. Dengan kata lain, rasio utang 40,49 persen di akhir Mei lalu relatif masih aman menurut hitungan pemerintah.

Tapi, rasio utang pemerintah terpantau telah melampaui batas aman yang ditetapkan Dana Moneter Internasional (IMF) atau International Debt Relief (IDR) yang sebesar 25-35 persen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Dominasi Surat Berharga Negara

Dikutip dari buku APBN Kita edisi Juni 2021, utang pemerintah per Mei 2021 didominasi Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 86,94 persen dan pinjaman sekitar 13,06 persen.

Secara rinci, utang dari SBN tercatat Rp 5.580,02 triliun yang terdiri dari SBN domestik Rp 4.353,56 triliun dan valas Rp 1.226,45 triliun.

Sedangkan utang melalui pinjaman sebesar Rp 838,13 triliun, terdiri dari pinjaman dalam negeri Rp 12,32 triliun dan pinjaman luar negeri Rp 825,81 triliun.

Adapun utang dari pinjaman luar negeri ini terdiri dari pinjaman bilateral Rp 316,83 triliun, pinjaman multilateral Rp 465,52 triliun, dan pinjaman dari bank-bank komersial Rp 43,46 triliun.

3. Realisasi Pembiayaan Rp 330 Triliun

Sampai dengan akhir Mei 2021, realisasi pembiayaan utang tercapai sebesar Rp 330,09 triliun atau 28,0 persen. Terdiri dari realisasi SBN (Neto) sebesar Rp348,01 triliun dan realisasi pinjaman (Neto) sebesar negatif Rp 17,92 triliun.

Realisasi pinjaman terdiri dari realisasi penarikan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 0,20 triliun, pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri sebesar negatif Rp 0,41 triliun, realisasi penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp 19,38 triliun dan realisasi pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri sebesar negatif Rp 37,09 triliun.

4. Utang Indonesia vs Negara Lain

Jika dihitung secara rasio terhadap PDB, utang pemerintah terpantau masih relatif lebih kecil dari banyak negara lain. Mengutip informasi Trading Economics, rasio utang pemerintah negara lain terhadap PDB cenderung terus mengalami tren kenaikan.

Ambil contoh Jepang, yang rasio utangnya meningkat dari sebelumnya sekitar 238 persen menjadi 266 persen. Adapun lonjakan terbesar terjadi pada Venezuela, dimana rasio utang terhadap PDB negara Amerika Latin yang sempat jadi kaya berkat minyak tersebut melompat dari 233 persen menjadi 350 persen.

Untuk lingkup Asia Tenggara, rasio utang Indonesia pun terpantau masih tidak sebesar negara lain. Seperti Myanmar yang berada di posisi 42,4 persen, Vietnam 46,7 persen, Thailand 50,5 persen, Malaysia 52,7 persen, dan Filipina 53,5 persen.

Singapura jadi negara Asia Tenggara dengan rasio utang terhadap PDB yang terbesar dan terus bertambah, dari sebelumnya 126 persen menjadi 131 persen.

Tapi, bukan berarti rasio utang Indonesia jadi yang terendah di kawasan Asean. Kamboja mencatat rasio utang terhadap PDB sebesar 31,5 persen. Sementara Brunei Darussalam jadi salah satu negara dengan rasio utang terkecil di dunia, yakni hanya sekitar 3,2 persen.

 

3 dari 3 halaman

5. Paling Banyak Ngutang ke Singapura

Mengacu data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPRR) Kementerian Keuangan, total utang luar negeri Indonesia ke Singapura pada April 2021 mencapai USD 68,01 miliar. Itu merupakan jumlah utang pemerintah terbesar dibanding negara lain.

Selain Singapura, pemerintah juga menumpuk utang luar negerinya kepada Amerika Serikat (AS) sebesar USD 30,81 miliar, lalu Jepang Rp 28,15 miliar, China Rp 21,44 miliar, dan Hong Kong USD 13,24 miliar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.