Sukses

BI: Kebijakan Makroprudensial Berperan Penting ke Pemulihan Ekonomi

Kebijakan makroprudensial menunjukkan perannya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pemulihan ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengatakan selama pandemi Covid-19 berlangsung, kebijakan makroprudensial menunjukkan perannya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pemulihan ekonomi. Perannya makin terlihat ketika kebijakan fiskal dan moneter berjalan beriringan.

"Sejak 2020 kebijakan makroprudensial menunjukkan peran penting dalam jaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pemulihan ekonomi," kata Destry dalam Peluncuran Buku Kebijakan Makroprudensial di Indonesia, Jakarta, Jumat (28/5).

Kebijakan makroprudensial umumnya diimplementasikan di berbagai negara. Caranya melalui penggunaan instrumen berbasis kredit bank, likuiditas dan permodalan bank. Tujuannya untuk mendorong keseimbangan di sektor keuangan.

Namun kebijakan makroprudensial punya kelebihan untuk mendorong sektor-sektor tertentu untukk jadi prioritas. Termasuk mendorong inklusi keuangan khususnya UMKM.

Terlebih di Indonesia mayoritas unit usaha tergolong UMKM. Hanya saja mereka masih belum terhubung dengan layanan pembiayaan formal.

"Disisi lain mayoritas penduduk kita belum dapat layanan perbankan optimal," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kebijakan LTV Rasio

Untuk itu, selama pandemi ini, kebijakan makroprudensial yang akomodatif tetapi mengalami kontraksi dipacu untuk tumbuh. Dia mencontohkan kebijakan LTV rasio dan menurunkan DP bagi kredit perumahan dan otomotif.

"Ini diharapkan mendorong konsusmi masyarakat dan mendorong sektor properti dan otomotif yang kita tau punya RWD dan FWD linkage yang tinggi terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya," katutur dia.

Dia menambahkan, rasio intermediasi juga dilakukan dengan mengubah target RIM dari 80 persen sampai 92 persen menjadi 84 persen menjadi 94 persen. Selain itu juga menambah wasel ekspor untuk mendorong kredit perbankan. Bank Indonesia juga mendorong transparansi SBDK untuk mempercepat kebijakan moneter dan meningkatkan pembiayaan ke dunia usaha.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.