Sukses

Harga Emas Melonjak di Atas 1 Persen Imbas Pelemahan Bursa Saham

Harga emas berjangka AS ditutup naik 1,6 persen menjadi USD 1.867,60 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), menuju level tertinggi dalam 3 bulan. Pendorong kenaikan harga emas ini adalah pelemahan bursa saham dan juga penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).

Mengutip CNBC, Selasa (18/5/2021), harga emas di pasar spot melonjak 1,3 persen menjadi USD 1.866,84 per ounce (17.50 GMT), setelah sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi sejak 1 Februari 2021 di angka USD 1.868,26 per ounce.

Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 1,6 persen menjadi USD 1.867,60 per ounce.

"Ada pelarian modal dari pasar ekuitas mendorong kenaikan harga emas. Ini juga antisipasi dari tren kenaikan angka inflasi di masa yang akan datang," jelas pendiri Circle Squared Alternative Investments, Jeffrey Sica.

"Imbal hasil surat utang juga tidak bergerak, itu akan semakin meningkatkan kemungkinan investor untuk memilih emas," tambah Jeffrey Sica.

Pasar saham global berhenti menguat karena tekanan inflasi yang membuat penurunan permintaan aset-aset berisiko. Data pada pekan lalu menunjukkan bahwa harga di tingkat produsen naik lebih tinggi dari yang diharapkan.

Investor saat ini tengah menunggu risalah rapat Bank Sentral AS atau the Fed yang dijadwalkan akan dilakukan pada Rabu pekan ini. risalah ini akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter Bank Sentral AS.

"The Fed akan terus berpegang pada anggapan bahwa kenaikan inflasi lebih berkaitan dengan pembukaan kembali ekonomi daripada dengan inflasi riil," kata Sica.

Emas dipandang sebagai lindung nilai terhadap kenaikan inflasi. Dengan begitu harga emas kemungkinan akan naik.

Dari sisi teknis, analis senior RJO Future Eli Tesfaye mengatakan, harga emas telah menembus rata-rata pergerakan 200 hari dan itu mendukung kenaikan harga lebih lanjut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jalur Gaza Makin Panas, Harga Emas Minggu Ini Berpeluang Naik

Sebelumnya, analis masih mengamati level harga emas USD 1.850 dengan cermat karena tekanan inflasi mulai memanas. Namun, prospek ekonomi yang tidak pasti memaksa Federal Reserve untuk tetap bersabar dan mempertahankan kebijakan moneternya yang sangat longgar.

Analis mengatakan bahwa harga emas berada di posisi bagus karena lebih banyak investor mencari lindung nilai inflasi. Minat baru pada emas datang setelah CPI AS tahunan naik 4,2 persen bulan lalu, peningkatan paling signifikan dalam 13 tahun. Sementara itu, Kamis, harga produsen AS naik 6,2 persen untuk tahun ini, rekor kenaikan terbesar.

Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, mengatakan meskipun inflasi naik, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah inflasi akan lebih permanen atau sementara, yang sejalan dengan ekspektasi dari Federal Reserve.

Melek menambahkan, TD saat ini berada di kubu inflasi yang akan bersifat sementara. Dia menjelaskan, meski harga komoditas terus naik, ada cukup kapasitas cadangan dalam ekonomi global untuk mengakomodasi siklus bull-market baru ini.

"Kami pikir Federal Reserve akan cukup nyaman melihat angka inflasi terbaru," katanya seperti dikutip dari Kitco.com,  Senin (16/5/2021).

Dengan inflasi yang meningkat dan bank sentral AS ingin mempertahankan kebijakan moneternya, Melek mengatakan bahwa hanya masalah waktu sebelum harga emas naik di atas USD 1.850 per ounce. Dia menambahkan bahwa jika level harga itu tembus maka target utama berikutnya adalah tertinggi Januari di atas USD 1.900.

Sean Lusk, co-direktur lindung nilai komersial di Walsh Trading, mengatakan bahwa dia bullish pada emas karena inflasi "nyata."

Dia menambahkan bahwa meski ada ancaman bahwa kenaikan inflasi akan mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi karena pedagang berpendapatan tetap mulai mengantisipasi kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Namun, dia menambahkan, penurunan harga emas karena kenaikan imbal hasil obligasi merupakan peluang pembelian.

"Ketidakpastian berlimpah dan itulah mengapa The Fed akan ragu-ragu untuk mengetatkan kebijakan moneter dan itu akan bagus untuk emas," katanya. "Bahkan jika Fed terlihat terlalu ketat, tidak ada keraguan mereka akan berada di belakang kurva. Suku bunga riil akan tetap berada di wilayah negatif dan itu adalah lingkungan yang baik untuk harga emas," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Prediksi Minggu Ini

Carsten Fritsch, analis logam mulia di Commerzbank, mengatakan dalam sebuah catatan hari Jumat bahwa kenaikan imbal hasil obligasi yang mencapai 1,7 persen telah menahan emas dari menembus di atas USD 1.850 per ounce. Namun, Fritsch juga menempatkan imbal hasil obligasi dalam perspektif.

Fritsch mengatakan bahwa dia mengharapkan untuk melihat minat spekulatif baru pada emas karena harga telah "diberi lampu hijau" untuk naik lebih tinggi.

Meskipun inflasi akan bullish untuk emas, Lusk mengatakan bahwa logam mulia minggu ini juga harus menarik permintaan safe-haven baru karena ketegangan geopolitik terus meningkat dengan meningkatnya konflik antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza.

Menurut analis, dengan semua perhatian pada inflasi, investor akan sangat ingin melihat apa yang diawasi Federal Reserve karena risalah pertemuan kebijakan moneter April akan dirilis Rabu.

Pasar juga akan menerima data konstruksi dan penjualan perumahan AS lebih lanjut dan nomor manufaktur awal. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.