Sukses

Penanganan Covid-19 di Indonesia Lebih Baik dari Global

Berbagai indikator penanganan kasus covid-19 di Indonesia menunjukkan tren perbaikan

Liputan6.com, Jakarta Berbagai indikator penanganan kasus covid-19 di Indonesia menunjukkan tren perbaikan dan relatif lebih baik daripada indikator di tingkat global. Secara umum, perkembangan kasus konfirmasi harian dan kasus aktif masih terkendali.

Tingkat Kasus Aktif 5,2 persen (lebih rendah dari Global 11,09 persen), tingkat kesembuhan 92,0 persen (lebih baik dari Global 86,83 persen), namun tingkat kematian 2,8 persen (masih lebih tinggi dari Global 2,07 persen). Kasus Aktif nasional, konsisten mengalami penurunan sebesar 48,6 persen dari puncak kasus (pada 5 Februari 2021). Penurunan kasus aktif sebesar -7.595 dalam 1 minggu terakhir, sehingga per 16 Mei 2021, jumlah Kasus Aktif sudah berhasil turun menjadi 90.800 kasus.

Meskipun beberapa indikator (jumlah kasus aktif, penambahan kasus harian, BOR, kesembuhan, kematian) menunjukkan tren positif dan perbaikan, namun perlu kewaspadaan terkait dengan peningkatan signifikan jumlah kasus dan BOR di sebagian besar Provinsi di Sumatera, dan ditemukannya beberapa kasus Varian Baru (B.117 Inggris dan B.1.617 India).

“Perlu mewaspadai dan antisipasi potensi lonjakan/ kenaikan kasus aktif, setelah pelaksanaan libur panjang Idul Fitri ini,” ujar dijelaskan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada acara Konferensi Pers selesai acara Rapat Terbatas di Istana Merdeka Senin siang (17/5/2021).

Tren Jumlah Kasus Aktif di tingkat Provinsi: 15 Provinsi Meningkat (sebagian besar Provinsi di Pulau Sumatera) dan 19 Provinsi Menurun. Provinsi yang Kasus Aktifnya meningkat adalah: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kep.Bangka Belitung, DKI Jakarta, Maluku, Banten, NTB, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Gorontalo.

Tambahan Kasus Covid-19 Mingguan di seluruh Provinsi di Sumatera menunjukkan tren peningkatan (kecuali Bengkulu), karena itu Pemerintah mewaspadai potensi terjadinya peralihan lonjakan kasus saat terjadi Mobilitas Penduduk Pasca Libur Lebaran dari Sumatera ke Jawa.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ketersediaan Tempat Tidur Rumah Sakit

Sedangkan untuk ketersediaan Tempat Tidur di Rumah Sakit, data BOR (Bed Occupancy Ratio) nasional menunjukkan berada di level yang aman dan cukup rendah, yaitu sebesar 29 persen.

Kenaikan tren kasus aktif di sejumlah provinsi di Sumatera menyebabkan BOR di seluruh provinsi di Sumatera (kecuali Bengkulu) lebih tinggi dibandingkan BOR Nasional: Sumatera Utara (57 persen), Riau (52 persen), Kep. Riau (49 persen), Sumatera Barat (49 persen), Sumatera Selatan (47 persen), Kep.Bangka Belitung (45 persen), Jambi (43 persen), Lampung (38 persen), Aceh (34 persen).

Untuk mengantisipasi arus balik mobilitas masyarakat pasca libur lebaran, perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus positif Covid-19. Berdasarkan monitoring dan hasil survey Kemenhub, potensi lonjakan arus balik terjadi pada H+2 (16 Mei) dan H+7 (21 Mei), terutama untuk moda transportasi darat.

Karena itu Pemerintah menerapkan sejumlah kebijakan, untuk mencegah peningkatan kasus pasca libur panjang lebaran, dengan memberlakukan kebijakan: (1) Random-Test untuk perjalanan dari beberapa Provinsi di Jawa yang menuju Jakarta, dan (2) Mandatory-Check untuk perjalanan dari Sumatera menuju ke Jawa dan Jakarta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.