Sukses

Rilis Data Inflasi AS Picu Harga Emas Menguat

Harga emas untuk pengiriman Juni naik 0,1 persen atau USD 1,2 ke posisi USD 1.824 per ounce di COMEX

Liputan6.com, New York - Harga emas menguat ke posisi tertinggi pada Kamis, 13 Mei 2021 setelah sentuh level terendah intraday mingguan. Penguatan harga emas seiring kenaikan inflasi.

Harga emas untuk pengiriman Juni naik 0,1 persen atau USD 1,2 ke posisi USD 1.824 per ounce di COMEX. Sebelumnya harga emas sentuh posisi terendah USD 1.808,40 ke level terendah intraday sejak 6 Mei.

Harga perak turun tipis 0,7 persen ke posisi USD 27,06 per ounce. Harga emas berjangka mengurangi sejumlah kerugian pada awal perdagangan setelah data ekonomi menunjukkan harga grosir naik tajam pada April 2021. Indeks harga produsen naik 0,6 persen pada April 2021, dan 6,2 persen sepanjang tahun berjalan 2021.

Pada Rabu, 12 Mei 2021, data menunjukkan indeks harga konsumen melonjak 0,8 persen sehingga menyebabkan kenaikan imbal hasil treasury AS dan dolar AS menguat. Laju inflasi selama setahun melonjak menjadi 4,2 persen dari 2,6 persen pada bulan sebelumnya, ke level tertinggi sejak 2008.

"Dengan harga emas dan perak yang goyah setelah kenaikan CPI AS MoM yang terpanas sejak 2009, jelas logam mulia masih tidak dalam posisi untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan inflasi,” ujar Analis di Zaner, dikutip dari Marketwatch, Jumat, (14/5/2021).

Analis di Zaner menyampaikan, perdagangan logam mulia bisa merespons pandangan the Federal Reserve atau bank sentral AS kalau tekanan inflasi sementara.

"Jelas ada kekuatan lain yang menetapkan tekanan harga emas dan perak. Kenaikan suku bunga dan dolar AS yang kuat menekan harga emas dan perak pada Rabu, membuktikan kekuatan pasar luar adalah kekuatan pendorong utama dari tindakan di pasar logam mulia,” tulis analis Zaner.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menanti Langkah the Fed

Analis juga menilai kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS ke level tertinggi dalam beberapa minggu dan dolar AS yang menguat di balik kekhawatiran meningkatnya tekanan harga setelah pandemi COVID-19 telah menjadi bagian dari hambatan baru-baru ini pada logam mulia.

Secara terpisah, klaim pengangguran awal AS turun 34.000 menjadi 473.000 hingga 8 Mei 2021. Hal itu penurunan kelima berturut-turut.

"Angka inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan dirilis pada pekan ini menunjukkan the Federal Reserve harus duduk dan memperhatikan dan menaikkan suku bunga dari pada menyarankan inflasi hanya sementara,” kata Direktur Goldcare David Russell.

Akan tetapi, ia menilai, the Federal Reserve terjebak pada data pekerjaan yang tidak berjalan baik dan tenggelam dalam pemulihan yang rapuh dengan tingkat lebih tinggi.

"Leverage di pasar sangat tinggi dan aksi jual di saham setelah data inflasi menarik harga emas turun,” ujar Russell.

Ia menambahkan, pasar cemas mengenai koreksi dalam bursa saham AS seiring kenaikan selama ini. Pada Rabu, 12 Mei 2021, penurunan emas bertepatan dengan indeks saham acuan AS yang tertekan. Akan tetapi, harga logam kembali naik seiring sebagian besar saham diperdagangkan lebih tinggi pada Kamis.

"Emas akan selalu bergerak seiring aksi jual yang kuat di saham karena posisi leverage menjadi tidak terikat. Sementara lingkungan inflasi mendukung emas dalam jangka panjang, deleveraging akan terjadi lebih dulu,” kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.