Sukses

Cerita Sukses Nasabah BRI Ni Ketut Bakati Anggareni, Bawa Kerajinan Bali Mendunia

Produk kerajinan kayu Ni Ketut Bakati Anggareni sudah merambah pasar luar negeri, seperti ke Amerika Serikat, Eropa, dan Asia.

Liputan6.com, Jakarta Berawal dari ketertarikan terhadap pengolahan kayu, mendorong perempuan asal Bali bernama Ni Ketut Bakati Anggareni, merintis usaha kerajinan barang rumah tangga dari kayu.

“Bali Bakti Anggara,” nama usaha milik perempuan yang biasa disapa Bu Ayu ini. Bisnis berskala UMKM yang sudah berdiri sejak 1997 atau 23 tahun lalu.

Awalnya nasabah BRI ini, memulai usaha dengan modal Rp 50 juta. “Sudah 23 tahun yang lalu tepatnya tahun 1997. Karena ketertarikan saya pada pengolahan kayu. Pada awal berdiri modal usaha saya Rp 50 juta, murni modal sendiri bukan pinjaman," kata Bu Ayu kepada Liputan6.com, Rabu (12/5/2021).

Kerajinan kayu yang diproduksi Bu Ayu bervariasi. Mulai dari hiasan dinding, meja kerja, dan beberapa peralatan meja makan seperti mangkuk, dan gelas dari kayu. Kerennya, produk tersebut sudah merambah pasar luar negeri, seperti ke Amerika Serikat, Eropa, dan Asia.

“Kita sering jual keluar negeri, 60 persen market kita di Amerika Serikat, 30 persen market-nya di Eropa, dan 10 persen lainnya di Asia termasuk di Indonesia," tutur dia.

Barang kerajinan ini dijual mulai dari USD 2,5 sampai USD 100 (atau Rp 35.600 hingga Rp 1,4 juta) per produk.

Dalam setahun biasanya Bu Ayu mampu mengekspor 30-100 kontainer. Dengan omset per semester mencapai hingga USD 50 ribu atau setara Rp 710 juta.

“Kalau keuntungannya bervariasi, omsetnya pernah sampai USD 50 ribu per semester,” ujar Bu Ayu.

Namun, selama masa pandemi usaha kerajinan terdampak besar. Bu Ayu hanya bisa mempekerjakan 23 orang seiring penurunan permintaan.

Dari 23 orang itu 12 orang diantaranya merupakan pekerja perempuan, sedangkan sisanya pekerja laki-laki.

Dia lebih banyak mempekerjakan perempuan, bukan tanpa maksud. Ini karena di daerahnya di Kelurahan Abianbase, Gianyar, Bali, banyak perempuan yang sudah berkeluarga namun kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Dia pun memutuskan memberdayakan perempuan setempat, terutama dalam proses pengemasan. Pekerja ini memiliki jam kerja 4-8 jam sehari, dengan waktu kerja diserahkan ke mereka.

“Jam kerjanya kita fleksibelkan sesuai dengan pekerja. Soalnya di Bali banyak acara adatnya juga,” ungkap dia.

Para pekerja ini mendapatkan gaji sesuai UMR. Bu Ayu memastikan selalu taat terhadap peraturan Pemerintah dengan tidak menggaji di bawah UMR atau melebihi jam kerja yang telah ditetapkan pemerintah.

 

Saksikan Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masa Sulit

Perempuan berusia 49 tahun ini mengaku pernah mengalami masa sulit. Itu terjadi pada 2012, usahanya terimbas perubahan tren di masyarakat.

Kerajinan kayu milik Bu Ayu selama ini fokus pada kerajinan tradisional asli Bali yang banyak mengandung kreativitas ukiran. Tapi ternyata tren di pasaran saat itu berubah, dan ini mempengaruhi usahanya.

“Kita sempat terlambat mengikuti tren tersebut. Kebetulan saat itu merupakan keuntungan bagi usaha saya, saya mendapat bantuan dari Pemerintah Belanda, yang memiliki program untuk membina usaha kecil di negara berkembang, nah usaha saya terpilih,” ungkap dia.

Kesempatan itulah yang ia manfaatkan untuk belajar dan lebih mengasah lagi kreativitas, agar bisa menghasilkan produk-produk kerajinan kayu yang kekinian mengikuti perkembangan zaman. Berkat pembinaan dari Pemerintah Belanda selama 1 tahun akhirnya usahanya normal kembali dan lebih berkembang.

Tantangan lain, Bu Ayu mengeluhkan terkait shipping buyer payment (sistem pembayaran dari pembeli). Di mana saat pandemi covid-19 masa tunggu menjadi lebih lama sekitar 60 hari dari biasanya 30 hari.

Dia mengalami kendala terkait modal usaha dengan sistem pembayaran yang lebih lama. Namun berkat bantuan usaha BRI, akhirnya bisa bernapas legas dan mampu melanjutkan usahanya.

 

3 dari 3 halaman

Menjadi Debitur BRI

Di awal saat usahanya mulai berkembang dan mendapat pesanan lebih banyak, Bu Ayu mengajukan tambahan modal usaha kepada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk atau BRI. Meski sebenarnya dia sudah lama menjadi nasabah tabungan BRI.

Hanya saja baru 2002 memberanikan diri meminjam modal usaha ke BRI. "Pertama kali pinjam itu tahun 2002, pinjamannya Rp 300 juta,” ungkap dia.

Berkat bantuan dari BRI, Bu Ayu mengaku sangat terbantu, terutama ketika mengalami masa sulit pembauaran dari pembeli yang menjadi lebih lama. "Bantuan modal dari BRI itu sangat membantu,” tegas dia lagi.

Selain bantuan modal, dia tak luput mendapatkan pelatihan dari BRI. Materi yang didapat seperti buyer matching, cara ekspor, dan marketing online. Tidak sebatas itu, BRI turut mempertemukan para buyer dengannya, saat mengikuti UMKM Expo Tahun 2019.

Hingga kini, dia memiliki dua cabang tempat produksi kerajinan kayu. Pertama di Bali, dan cabang kedua di Jawa Timur.

Pimpinan Cabang BRI Gianyar Jimmy Fajriansyah, menuturkan jika Bu Ayu merupakan salah satu debitur BRI yang lancar dalam mengangsur pinjaman. Serta memiliki kondisi keuangan stabil.

Selain itu, termasuk UMKM yang mampu bertahan di masa pandemi. “Bu Ayu ini salah satu nasabah kami yang sudah lama. Beliau itu menjadi mitra kami sudah 20 tahun sejak pinjamannya kecil sekarang sudah meningkat terus. Dan di masa pandemi ini beliau masih bisa bertahan dan menjalankan usahanya, kreativitas dan semangatnya Bu Ayu sungguh luar biasa,” ujar Jimmy.(*)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.