Sukses

Proyek Jaringan Irigasi Jadi Kunci Jaga Ketersediaan Pangan di NTT

Permasalahan ketahanan pangan di NTT masih tetap sama yaitu masalah air.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) fokus mendukung ketahanan pangan dan ketersediaan air di Nusa Tenggara Timur (NTT) lewat pembangunan dan rehabilitasi irigasi serta pembangunan infrastruktur embung, sumur air tanah, dan bendungan.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, permasalahan ketahanan pangan di NTT masih tetap sama yaitu masalah air.

"Saya sudah perintahkan Pak Menteri PUPR untuk dilihat kemungkinan dibangun waduk atau bendungan kemudian tambahan untuk embung dan juga sumur bor," imbuh Jokowi dala keterangan tertulis, Selasa (11/5/2021).

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan, pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi dilakukan guna menunjang produktivitas dalam bidang pertanian. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan membantu memulihkan perekonomian masyarakat terdampak pandemi Covid-19.

"Pembangunan bendungan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata di mana air akan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani," tutur Menteri Basuki.

Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) di NTT pada 2021 mengalokasikan anggaran sebesar Rp 24,76 miliar untuk membangun Daerah Irigasi Baing (Tahap II) seluas 100 ha.

Ini merupakan pembangunan lanjutan jaringan irigasi dalam mendukung program food estate di NTT yang pada tahun anggaran 2020 telah membangun 4 Daerah Irigasi (DI) dengan alokasi sebesar Rp 82,28 miliar, yakni DI Kodi seluas 700 ha, DI Baing (Tahap I) seluas 14 ha, DI Wae Laku dan Wae Dingin seluas 125 ha, serta DI Raknamo seluas 250 ha.

Tidak hanya membangun jaringan irigasi baru saja, Kementerian PUPR melanjutkan rehabilitasi irigasi pada 8 DI dengan nilai anggaran Rp 119,5 miliar, meliputi DI Nggorang, DI Lembor, DI Netemnanu, DI Tilong, DI Satarbeleng, DI Wae Dingin, DI Mbay Kanan, dan DI Nebe.

Guna mempercepat aliran air ke persawahan sebagai jaringan irigasi, Kementerian PUPR bersama TNI turut membangun prasarana air baku dgn pompa hidram dan jaringanya sebanyak 89 titik.

Hingga saat ini sudah ada 49 embung dengan air baku sebesar 202 liter per detik dan 478 sumur air tanah dengan air baku sebesar 716 liter per detik yang berpotensi melayani jaringan irigasi ke lahan pertanian seluas 12,864 ribu ha.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pembangunan Bendungan

Sejak 2014, Kementerian PUPR juga telah merencanakan program pembangunan bendungan sejumlah 6 buah di NTT sebagai suplai air kontinu untuk irigasi dan penyediaan air baku.

Saat ini terdapat 3 bendungan yang selesai dan telah beroperasi diantaranya, Bendungan Raknamo dengan kapasitas tampung air sebesar 14,09 juta m3, Bendungan Rotilot dengan kapasitas tampung air sebesar 2,90 juta m3, dan Bendungan Napungete dengan kapasitas tampung air sebesar 11,22 juta m3.

Adapun tiga bendungan lainnya masih dalam tahap pembangunan dan diharapkan selesai semua pada 2024. Bendungan-bendungan tersebut yakni Bendungan Temef di kabupaten Timor Tengah Selatan, Bendungan Manikin di kabupaten Kupang, dan Bendungan Mbay di kabupaten Nagekeo.

Selain penyediaan air baku dan pengirigasian guna mendukung program food estate pemerintah, seluruh bendungan tersebut berpotensi mereduksi banjir di NTT sebesar 1,915 meter kubik per detiknya, serta penggerak untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang menghasilkan daya sebesar 2,575 megawatt.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.