Sukses

Meski Minus 0,74 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Makin Membaik?

BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 terkontraksi minus 0,74 persen secara year-on-year (yoy).

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 terkontraksi minus 0,74 persen secara year-on-year (yoy). Sementara jika dibandingkan kuartal IV-2020, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 masih lebih baik, di mana pada periode Oktober-Desember 2020 tercatat lebih besar yakni minus 2,19 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021 ini disumbang oleh beberapa komponen. Pertama ekspor barang dan jasa yang tumbuh sebesar 6,74 persen selama periode Januari-Maret 2021.

Jika dilihat berdasarkan komponennya, ekspor barang tumbuh dua digit sekitar 11,86 persen. Di mana pertumbuhan ini didorong oleh ekspor nonmigas tumbuh menggembirakan, karena permintaan yang meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi di beberapa negara tujuan utama seperti Tiongkok dan juga Amerika Serikat.

Sementara yang masih menjadi kendala yakni komponen jasa, di mana masih alami kontraksi dalam minus 46,80 persen. Ekspor jasa terkontraksi karena adanya penurunan jumlah wisatawan.

"Karena masih adanya pandemi covid, pelarangan perjalanan dari berbagai negara dan sebagiannya," ujarnya dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Rabu (5/5).

Dia menambahkan, komponen lain yang beri andil terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 ini adalah impor barang dan jasa yang tumbuh 5,27 persen secara year on year (yoy). Di mana pertumbuhan ini terdiri dari impor barang yang tercatat tumbuh 8,97 persen.

Adapun untuk impor barang non migas tumbuh 11,66 persen seiring dengan peningkatan nilai dan volume komoditas utama, antara lain mesin peralatan listrik plastik dan barang dari plastik, bahan kimia organik serta besi dan baja. Sementara impor barang migas kontraksi 4,51 persen seiring dengan penurunan nilai dan volume impor migas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Impor Jasa

Selanjutnya untuk impor jasa juga masih terkontraksi 19,73 persen akibat menurunnya jumlah wisatawan nasional yang berwisata ke luar negeri.

"Kembali karena ada pandemi covid, larangan untuk pergi keberbagai negara sehingga banyak yang tidak bisa melakukan ke sana dan menyebabkan impor jasa masih terkontraksi," jelasnya.

Pria yang akrab disapa Kecuk ini menambahkan, selain dua komponen tersebut konsumsi pemerintah juga turut beri andil terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021. Di mana konsumsi pemerintah berhasil tumbuh 2,96 persen.

Adapun pertumbuhan ini terjadi di karena adanya peningkatkan untuk realisasi belanja barang dan jasa, serta adanya peningkatan untuk belanja bantuan sosial. "Kenaikan realisasi belanja barang dan jasa ini semuanya terjadi pada semua komponen kecuali perjalanan dinas karena dibatasi," ujarnya.

Kecuk menyebut semua pengeluaran ini meningkat karena berkaitan dengan penanganan pandemi Covid-19 baik untuk pengadaan obat-obatan maupun vaksin. Namun satu hal yang membuat konsumsi pemerintah ini agak terhambat adalah realisasi dari APBD.

"Di mana belanja barang belanja jasa dan belanja pegawai dari APBD yang mengalami kontraksi kemarin bahwa presiden sudah mengingatkan agar daerah dapat segera mencairkan dan merealisasikan anggaran-anggaran yang ada dan kalo itu bisa diwujudkan konsumsi pemerintah akan membantu pemulihan ekonomi dengan pertumbuhan yang cukup kuat," tandasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.