Sukses

Ini Biang Keladi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Minus di Kuartal 2021

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2021 masih mengalami kontraksi 0,74 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2021 masih mengalami kontraksi 0,74 persen secara year on year (yoy). Kontraksi ini disebabkan karena konsumsi rumah tangga dan investasi belum positif meski mengalami perbaikan.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, konsumsi rumah tangga tercatat kontraksi minus 2,23 persen. Padahal komponen konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan porsi mencapai 56,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Konsumsi rumah tangga masih mengalami kontraksi 2,23 persen, tapi kontraksi ini menunjukan arah yang membaik kalau kita bandingkan dengan kontraksi di kuartal II, kuartal III, dan kuartal IV (2020)," kata dia dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Rabu (5/5).

Selain konsumsi rumah tangga, penyebab pertumbuhan ekonomi masih kontraksi juga diakibatkan pada komponen investasi yang belum menunjukan perbaikan. Padahal investasi menyumbang hampir 32 persen dari PDB, sehingga bersama konsumsi rumah tangga totalnya mencapai 88,9 persen.

"Tantangan yang kita hadapi adalah konsumsi rumah tangga, dimana masih mengalami kontraksi minus 2,23 persen. Sementara investasi masih kontraksi tapi sudah mendekati titik nol karena kontraksinya sangat tipis yaitu 0,23 persen," ungkapnya.

Meski begitu, Suhariyanto menyebut, kontraksi pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2021 ini lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini didukung oleh kinerja konsumsi pemerintah, serta ekspor dan impor yang mulai tumbuh positif di periode ini.

"Selama kuartal I ini tiga komponen yang tumbuh menggembirakan, konsumsi pemerintah tumbuh 2,96 persen, ekspor tumbuh impresif 6,74 persen, impor juga tumbuh 5,27 persen," pungkas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masih Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Minus 0,74 Persen di Kuartal I 2021

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2021 minus 0,74 persen. Hal tersebut diungkapkan Kepala BPS Suhariyanto dalam laporan pertumbuhan ekonomi hari ini.

"Pertumbuhan Ekonomi kita mengalami kontraksi 0,74 persen di triwulan I 2021," kata dia, Rabu (5/5/2021).

Secara kuartal to kuartal (qtq), Suhariyanto melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih terkontraksi minus 0,96 persen.

Meski demikian, dia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia telah jauh membaik dibanding kuartal-kuartal sebelumnya. Dimana secara yoy pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen, pada kuartal III minus 3,49 persen, dan minus 2,19 persen di kuartal IV.

"Kita memang masih mengalami kontraksi, tapi ini jelas telah menunjukan adanya perbaikan dibanding kuartal-kuartal sebelumnya," ujar Suhariyanto.

3 dari 3 halaman

Sesuai Prediksi

Sebelumnya, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memprediksi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal I-2021 masih terkontraksi di angka minus 0,6 persen.

“Kami memprediksi pertumbuhan PDB di Triwulan-I 2021 mencapai minus 0,6 persen dengan kisaran minus 0,8 persen sampai dengan minus 0,4 persen. Dengan estimasi pertumbuhan untuk keseluruhan tahun 2021 berkisar antara 4,4 persen hingga 4,8 persen,” kata Teuku Riefky dalam Pengantar  Laporan Seri Analisis Makroekonomi: Indonesia Economic Outlook Triwulan II-2021, yang diterima Liputan.com.

Laporan pertumbuhan ekonomi ini disampaikan dalam rangka menyongsong rilis PDB Indonesia kuartal I-2021 oleh BPS yang dijadwalkan pada siang ini pukul 11.00 WIB. Dalam laporan ini Teuku Riefky membagi proses pemulihan ekonomi Indonesia menjadi tiga tahap.

Tahap pertama adalah fase kontraksi dalam di perekonomian Indonesia yang terjadi selama semester 1 2020. Menurutnya, fase ini berfokus pada tingkat kedalaman kontraksi ekonomi.

“Membekunya aktivitas ekonomi menyebabkan penurunan tajam pada PDB, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Indonesia mengalami fase ini pada semester pertama 2020, di mana implementasi PSBB melumpuhkan aktivitas ekonomi dan bisnis, utamanya aktivitas yang melibatkan interaksi tatap muka,” jelasnya.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.