Sukses

Cerita Karyawan BRI Miranda, Bantu Membesarkan Bisnis Nasabah demi Hidup Lebih Baik

Miranda Arisona Sirumapea merupakan Relationship Manager (RM) Kredit PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Kantor Cabang Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Liputan6.com, Jakarta - Miranda Arisona Sirumapea adalah Relationship Manager (RM) Kredit PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Kantor Cabang Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ia mengaku menikmati profesi sebagai RM BRI yang sudah digelutinya hampir 10 tahun ini.

“Saya sudah 10 tahun bekerja di BRI, sejak 2011. Saya fresh graduate masuk di BRI, habis lulus kuliah kan saya kuliah di Semarang balik ke Palangka Raya Kalimantan Tengah terus ada lowongan pekerjaan di BRI,” kata Miranda kepada Liputan6.com, Selasa (4/5/2021).

Perempuan berusia 35 tahun ini menjelaskan, dulu sebutan untuk bidang yang ditekuninya saat ini bukan RM melainkan associate account officer. Tugas dari associate account officer adalah menawarkan kredit ke pengusaha. Saat ini, RM memilik tugas yang lebih luas dan menantang, yaitu bukan hanya menawarkan kredit, tapi juga melayani kebutuhan perbankan lainnya.

“Misalnya kita pegang 1 pengusaha, dan si pengusaha tersebut minta dibukakan giro transaksi ya kita kerjakan,” ujarnya.

Ibu dari 2 anak ini mengaku senang bisa menjadi RM di BRI. Alasannya, karena pengalaman yang menarik yang bisa didapatkan ketika di lapangan mendatangi nasabah. Pengetahuannya bertambah mengenai sektor-sektor usaha, dibandingkan menjadi teller atau customer service yang kerjanya terbatas di kantor.

“Jadi dari satu nasabah kita link ke nasabah lain dan dapat lebih banyak ilmu kalau jadi RM, karena kita dilapangan sifatnya fleksibel. Kalau kita keluar ketemu dengan pelaku usaha perdagangan, kontraktor, developer, jadi kita bisa melihat usaha mana yang prospek,” katanya.

Hingga kini, Miranda memegang 30 nasabah, dimana 5 diantaranya merupakan nasabah perempuan. Segmentasi kredit yang ia pegang mulai dari Rp 1 miliar ke atas. Namun, kebanyakan nasabah itu meminjam ke BRI sekitar Rp 3,5 hingga Rp 5 miliar.

“Jadi saya pegang 30 nasabah itu jumlah kreditnya mencapai Rp 76 miliaran,” imbuhnya.

Lanjut Miranda bercerita, dari 5 nasabah perempuannya itu ada yang bernama Bu Ernawati, yang berdagang kain dan perlengkapan jahit. Ada juga bu Novelita usahanya sewaan wisma, dan beliau sedang perlebaran usaha ke perkebunan seperti buat agrowisata.

“Ada juga Ibu Selvia yang perdagangan spare part, beliau pinjamannya Rp 5 miliar di BRI, ada juga ibu Rani usaha perkreditan barang hingga kini punya toko furniture, dan ada satu lagi. Totalnya 5 nasabah perempuan,” ungkapnya.

Perempuan yang berdarah Batak ini, mengaku lebih mudah melakukan pendekatan dengan nasabah perempuan dibandingkan dengan nasabah laki-laki. Hanya saja pelaku bisnis perempuan itu jarang. Nasabah perempuan itu lebih enak diajak ngobrol, mereka tidak malu bertanya kepadanya karena pendekatannya seperti saudara.

Misalnya, seperti pendekatan dengan Ernawati. Menurut Miranda, Ernawati itu sudah lama kreditnya, dan ia melihat prospeknya besar. Tapi Ernawati tidak mau mengambil kredit, akhirnya Miranda mendatangi Ernawati berkali-kali untuk menawarkan bantuan pinjaman dari BRI, tujuannya agar usahanya semakin berkembang.

“Saya yang datang nawarin toko-toko menyarankan untuk buka toko, saya yang putar otak supaya nasabah itu ada keperluan terus bisa kredit di saya. Pendekatannya berkali-kali. Biasanya kalau pertama kali itu wawancara dulu, sehingga kita tahu keperluan nasabah apa,” ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kredit Macet

Setiap profesi pasti ada kendala. Di bidang yang digeluti Miranda, nasabah yang macet pembayaran kreditnya merupakan tantangan yang harus dihadapi. Biasanya nasabah yang macet tersebut dibagi berdasarkan karakter atau memang usahanya sedang menurun, sehingga mereka tidak mampu bayar angsuran.

“Kalau karena karakter ini biasanya susah, karena nasabah punya uang pun dia akan bilang tidak punya, karakternya menunda-nunda. Ada juga karena resiko bisnis, usahanya sedang menurun,” kata Miranda.

Jika usaha nasabah menurun tapi karakternya baik, Miranda masih bisa melakukan pendekatan dengan debitur dan mengkomunikasikan kedepannya mau bagaimana. Kalau itikad nasabahnya baik, pasti nasabah itu bilang dirinya masih mau bekerjasama dengan BRI, tentunya Miranda akan menawarkan solusi, salah satunya seperti relaksasi.

Namun, berbeda dengan nasabah yang karakternya buruk sekaligus usahanya menurun. Apalagi jika nasabah tersebut tidak ada itikad baik untuk mencari solusi bersama BRI, berarti pendekatannya dengan penyelesaian.

“Kita biasanya membantu untuk melelang asetnya, tapi kita berusaha berkomunikasi dulu dan melihat kondisinya,” imbuh ibu 2 anak ini.

Demikian, selama Miranda menjadi RM, ia menilai BRI sudah sangat cukup menyejahterakan para pegawainya termasuk dirinya sebagai RM. Bahkan di masa covid-19 pun, ia tetap menerima haknya tanpa pengurangan, THR tetap dapat, bonus juga.

“Hanya saja persentasenya menurun, karena kami mengerti lantaran kami menghasilkan laba juga menurun, suku bunga bank semua turun adanya program PEN. Menurut saya BRI dibanding yang lain, tingkat kesejahteraan pegawai BRI lebih baik,” pungkasnya.(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.