Sukses

Harga Minyak Tergelincir Lebih dari 2 Persen Usai Cetak Rekor Tertinggi

Harga minyak tergelincir pada perdagangan Jumat usai menyentuh level tertinggi dalam 6 minggu.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak tergelincir pada perdagangan Jumat usai menyentuh level tertinggi dalam 6 minggu. Penurunan ini akibat kekhawatiran lockdown yang lebih luas di India dan Brasil guna mengekang pandemi Covid-19 yang mengimbangi prospek permintaan bahan bakar minyak (BBM) pada musim panas dan pemulihan ekonomi.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (1/5/2021), harga minyak mentah Brent turun 1,91 persen atau USD 1,31 menjadi USD 67,25 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Juni ditutup 2,2 persen atau USD 1,43, lebih rendah di level USD 63,58 per barel.

"Pemulihan permintaan pasca-COVID-19 masih tidak merata dan lonjakan kasus di India berfungsi sebagai pengingat tepat waktu bahwa setiap reli ke USD 70 terlalu dini," kata analis Energy Aspects dalam sebuah catatan.

Harga minyak Brent berada di jalur untuk mendapatkan sekitar 8 persen di bulan April sementara WTI dapat melihat kenaikan hampir 10 persen.

Lonjakan ini akan menjadi kenaikan bulanan kelima dalam enam bulan terakhir karena permintaan minyak global hampir kembali ke tingkat sebelum pandemi didukung oleh stimulus fiskal dan pelonggaran lockdown di beberapa negara. Sementara pengurangan produksi dari OPEC dan sekutunya termasuk Rusia mengurangi minyak mentah.

Adopsi vaksinasi Covid-19 yang lebih luas juga memulihkan kepercayaan dalam perjalanan, mengangkat permintaan minyak.

Beberapa kota AS muncul dari penguncian yang memicu kepercayaan akan permintaan yang lebih kuat pada bensin menjelang musim mengemudi musim panas utama AS, kata analis ANZ, sementara penjualan bahan bakar jalan raya Inggris mendekati level musim panas lalu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

May Day

Liburan Hari Buruh (May Day) yang akan datang di China juga akan meningkatkan permintaan bahan bakar di negara konsumen minyak terbesar kedua di dunia.

"Optimisme baru ini membayangi angin sakal di India, di mana gelombang kedua infeksi COVID-19 mengakibatkan pembatasan perjalanan baru diberlakukan," kata ANZ dalam sebuah catatan.

Negara terpadat kedua di dunia berada dalam krisis yang parah, dengan rumah sakit dan kamar mayat kewalahan, karena jumlah kasus Covid-19 mencapai 18 juta pada hari Kamis.

Pada hari Jumat, survei sektor swasta menunjukkan bahwa aktivitas pabrik Jepang berkembang pada bulan April pada laju tercepat sejak awal 2018 pada pemulihan permintaan global meskipun pembatasan virus korona membayangi prospek ekonomi secara keseluruhan.

Pertumbuhan aktivitas pabrik China, bagaimanapun, melambat lebih dari yang diharapkan, data resmi menunjukkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.