Sukses

Harga Minyak Naik Lebih dari 1 Persen Dipicu Optimisme Permintaan BBM

Harga minyak mentah berjangka Brent naik 1,28 persen atau 85 sen menjadi di USD 67,27 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta), setelah persediaan distilat AS membukukan penurunan besar dan aktivitas penyulingan meningkat, meningkatkan harapan untuk naiknya permintaan bahan bakar minyak (BBM).

Namun, pasar tetap khawatir terkait kasus virus corona yang melonjak di India.

Dikutip dari CNBC, Kamis (29/4/2021), harga minyak mentah berjangka Brent naik 1,28 persen atau 85 sen menjadi di USD 67,27 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup 1,46 persen atau 92 sen, lebih tinggi pada USD 63,86 per barel.

Administrasi Informasi Energi menyebut, persediaan minyak mentah AS naik 90.000 barel pekan lalu menjadi 493,1 juta barel. Analis memperkirakan terkadi kenaikan 659.000 barel.

Stok distilasi turun 3,3 juta barel dalam seminggu, dan penggunaan kapasitas penyulingan naik menjadi 85,4 persen pada minggu ini.

"Pasar menganggap ini sebagai hal yang positif," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group, Chicago.

"Permintaan BBMdari minggu ke minggu turun sedikit, jadi itu agak mengecewakan, tapi diimbangi oleh fakta bahwa kami mengalami lompatan besar dalam permintaan distilat," ungkap dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lonjakan Permintaan Minyak

Bank AS Goldman Sachs mengatakan pada Rabu bahwa pihaknya memperkirakan lonjakan permintaan minyak terbesar yang pernah ada, pada 5,2 juta barel per hari (bph) selama 6 bulan ke depan. Hal ini karena kampanye vaksinasi semakin cepat di Eropa dan permintaan perjalanan naik.

Goldman mengatakan pelonggaran pembatasan perjalanan internasional pada Mei akan menaikkan permintaan bahan bakar jet sebesar 1,5 juta barel per hari.

OPEC+ minggu ini memutuskan untuk tetap berpegang pada rencana pelonggaran bertahap pembatasan produksi minyak dari Mei hingga Juli. Ini menjadi indikasi bahwa organisasi tersebut yakin bahwa permintaan global akan pulih.

“Pasar didukung oleh keyakinan umum bahwa permainan akhir Covid-19 sudah di depan mata,” kata Tamas Varga, Analis di PVM Oil Associates.

Dalam laporan para ahli OPEC+, organisasi tersebut memperkirakan permintaan minyak global pada 2021 akan tumbuh 6 juta barel per hari, setelah permintaan turun 9,5 juta barel per hari tahun lalu.

Di India, konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, jumlah kematian COVID-19 melonjak melebihi 200.000 dan infeksi telah meningkat lebih dari 300 ribu kasus sehari selama seminggu.

Rystad menurunkan perkiraan permintaan minyak global untuk April hampir 600.000 barel per hari dan Mei sebesar 915.000 barel per hari karena gelombang baru infeksi di India.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.