Sukses

Ternyata, Ini Penyebab Ekonomi Syariah di Indonesia Tak Melaju Kencang

Literasi keuangan syariah di Indonesia masih rendah dibandingkan konvensional, yakni baru mencapai 8,93 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menjelaskan,  terdapat lima tantangan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Tantangan tersebut harus dilalui agar pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah bisa tinggi. 

Tantangan pertama adalah market share yang lebih rendah dibandingkan perbankan konvensional. "Sekarang ini kalau kita lihat faktanya bahwa dari ukuran ternyata market share masih 9,96 persen dari total produk keuangan kita yang ditawarkan kepada masyarakat. Artinya masyarakat belum sepenuhnya memilih keuangan syariah," ucapnya dalam acara Sarasehan Industri Jasa Keuangan, Jumat (23/4/2021).

Kedua permodalan yang terbatas. saat ini sebanyak 6 dari 14 bank syariah memiliki modal inti di bawah Rp 2 triliun.

Bahkan, kata Wimboh, bank hasil konsolidasi dari tiga bank syariah BUMN yang terdiri atas PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah nilai aset yang dibukukan tetap kalah jauh ketimbang perbankan konvensional.

Menyusul PT Bank Syariah Indonesia Tbk masih berada di peringkat ketujuh dari 10 daftar perbankan dengan nilai aset terbesar di Indonesia. "Ini (PT Bank Syariah Indonesia Tbk) pun belum betul-betul pemain nomor satu di Indonesia. Masih nomor tujuh dari aset size setelah digabung itu," terangnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kualitas SDM

Ketiga, Terbatasnya kualitas SDM yang mumpuni. Menurutnya, ini menghambat upaya untuk pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di tanah air.

Keempat, competitiveness atau daya saing produk dan layanan keuangan syariah masih rendah. Hal ini diakibatkan dari akses produk yang terbatas, harga produk yang kurang kompetitif, maupun kualitas yang lebih rendah.

"Ya tadi mungkin saja salah satunya karena memang mungkin produk syariah ga ada, yang ada non syariah. Atau mungkin mahal atau mungkin kualitasnya kalah bagus, sehingga (masyarakat) tidak milih produk syariah," tekannya.

Kelima, Literasi keuangan syariah yang masih rendah dibandingkan konvensional. Yakni baru mencapai 8,93 persen.

"Karena masyarakat syariah kebanyakan di daerah yang akses nya pun secara fisik sulit. Sehingga ini menjadi tantangan kita," tuturnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.