Sukses

Harga Minyak Turun di Tengah Sinyal Pemulihan Ekonomi China dan AS

Harga minyak mentah Brent ditutup 0,24 persen lebih rendah pada USD 66,77 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak bertahan nyaris di level USD 67 per barel pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Meski turun, harga minyak telah menuju kenaikan mingguan karena prospek permintaan yang lebih kuat dan tanda-tanda pemulihan ekonomi di China dan Amerika Serikat mengimbangi meningkatnya infeksi COVID-19 di beberapa negara besar lainnya.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (17/4/2021), harga minyak mentah Brent ditutup 0,24 persen lebih rendah pada USD 66,77 per barel. Ini menuju kenaikan mingguan 6,2 persen setelah naik dalam empat sesi terakhir.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,52 persen dan menetap di USD 63,13 per barel.

Produk domestik bruto China di kuartal I melonjak 18,3 persen YoY. Sementara itu, pada Kamis, penjualan ritel AS mengalami peningkatan dan klaim pengangguran menurun.

“Mengingat prospek yang membaik untuk dua ekonomi terbesar dunia, ada sedikit peluang untuk memadamkan cahaya perasaan baik pasar dalam waktu dekat,” kata Stephen Brennock dari Pialang Minyak PVM.

Sanksi baru AS yang dijatuhkan pada Rusia, salah satu produsen minyak utama dunia, atas dugaan campur tangan pemilu dan peretasan juga dapat mendukung harga.

"Meskipun tidak mempengaruhi sektor minyak secara langsung, hal itu dapat menyebabkan biaya pembiayaan yang lebih tinggi dan ketidakpastian umum dalam perdagangan dengan Rusia," kata Eugen Weinberg dari Commerzbank.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Revisi Prediksi Permintaan Minyak

Membantu reli minggu ini, Badan Energi Internasional dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) sama-sama membuat revisi naik pada perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun 2021.

Angka pada hari Rabu juga menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 5,9 juta barel.

Harapan permintaan mengimbangi kekhawatiran tentang meningkatnya kasus Covid-19 di negara-negara besar lainnya. Tingkat infeksi India mencapai rekor tertinggi sementara kanselir Jerman pada hari Jumat mengatakan gelombang ketiga virus telah menguasai negara itu.

Harga minyak telah pulih dari posisi terendah yang disebabkan pandemi sejak tahun lalu. Pemulihan ini dibantu oleh rekor pemotongan produksi minyak oleh OPEC dan sekutunya (OPEC+).

Beberapa pemotongan OPEC+ akan dikurangi mulai Mei dan grup tersebut bertemu pada 28 April untuk mempertimbangkan perubahan lebih lanjut pada pakta pasokan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.