Sukses

Jadi Negara Maju, Indonesia Harus Kerja Keras Naikan Pendapatan 3 Kali Lipat

Indonesia telah memperoleh status negara berpendapatan menengah atas atau upper middle income country dari Bank Dunia

Liputan6.com, Jakarta Indonesia telah memperoleh status negara berpendapatan menengah atas atau upper middle income country dari Bank Dunia pada 1 Juli 2020. Kenaikan status tersebut setelah Gross National Income (GNI) atau Pendapatan Nasional Bruto (PNB) Indonesia naik menjadi USD 4.046 per kapita pada akhir 2018 lalu.

Namun, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Bambang Brodjonegoro menekankan bahwa Indonesia masih jauh dari kategori negara maju atau berpendapatan tinggi.

"Kita belum masuk kategori negara maju. Kita masih negara upper middle income. Itupun status menengah ke atasnya baru kita dapatkan tahun lalu, 2020. Sebelumnya kita masih masuk kategori lower middle income, kategori menengah ke bawah," jelasnya dalam siaran YouTube peresmian Science Techno Park (STP) Universitas Hasanuddin, Sabtu (10/4/2021).

Menurut dia, jika Indonesia ingin masuk sebagai negara maju, maka perlu usaha yang luar biasa. Menristek Bambang lantas berkaca pada seluruh negara anggota PBB, dimana sangat sedikit sekali yang berhasil lolos dari jebakan negara kelas menengah.

"Masalahnya, Indonesia ada di negara kelas menengah. Menengahnya baru naik sedikit dari menengah bawah ke menengah atas. Jadi kalau pakai angka, menengah atasnya tuh baru sedikit sekali," ungkapnya.

Untuk bisa jadi negara maju, Menristek Bambang melanjutkan, secara hitungan GNI per kapita per orang Indonesia harus menaikannya hingga tiga kali lipat dari yang ada hari ini.

NKRI disebutnya memang pernah meninggikan GNI per kapita hingga tiga kali lebih besar. Itu terjadi pada masa krisis 1998, dimana PNB per kapita Indonesia jeblok di kisaran USD 1.000, namun kemudian bangkit menjadi USD 4.000 pada hari ini.

"Jadi naik tiga kali lipat pernah kita lakukan. Tapi itu dari kelas yang berbeda, dari 1.000 ke 4.000, yang tidak sama dari 4.000 ke 13 ribu (syarat jadi negara maju)," tutur Bambang.

"Secara matematika sama, naik tiga kali lipat. Tapi masalahnya matematika ekonomi bukan ilmu pasti. Ekonomi tidak bisa disamakan begitu saja dengan matematik. Ekonomi butuh pendekatan yang kadang-kadang di luar yang biasa dilakukan," tandas Bambang Brodjonegoro.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemulihan Berjalan Mulus, Kadin Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh Positif di 2021

Kadin Indonesia memperkirakan perekonomian nasional pada tahun 2021 tumbuh positif menyusul peningkatan sejumlah indikator ekonomi seperti indeks manufaktur, indeks penjualan ritel, konsumsi semen, konsumsi listrik, serta impor bahan baku dan barang modal.

“Perbaikan indikator ekonomi menumbuhkan optimisme bahwa pemulihan ekonomi nasional sedang berlangsung. Kebijakan yang digulirkan pemerintah sudah tepat dan pengusaha juga konsisten mendukung pemerintah untuk memulihkan ekonomi,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional, Arsjad Rasjid dikutip dari Antara, Kamis (8/4/2021).

Arsjad Rasjid juga merupakan salah satu calon Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2021-2026.

Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa kembali ke kisaran 4,3-55 persen pada 2021, melonjak jauh di atas realisasi pertumbuhan ekonomi 2020 yang terkontraksi 2 persen.

Menurut dia, selain indikator ekonomi, penambahan kasus positif harian COVID-19 yang terus menurun dan vaksinasi COVID-19 semakin masif di berbagai daerah juga menjadi faktor bahwa dunia usaha akan semakin membaik.

Selain itu, Arsjad Rasjid memiliki visi untuk mengoptimalkan potensi Kadin daerah yang sebelumnya masih terabaikan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Sementara itu, Ketua Kadin Kalimantan Utara, Kilit Laing, menilai pernyataan Arsjad yang menyebut bahwa mengembangkan ekonomi nasional, maka harus menggerakkan potensi ekonomi di daerah, sudah tepat.

Karena Kilit melihat, setiap daerah memiliki problem dan tantangan yang berbeda dan mengelola serta mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki. Ke depan, semua potensi perlu dikelola dengan baik. Ardjad dinilai memiliki kemampuan.

"Saya melihat visi misi Arsjad mengenai kebutuhan pengusaha daerah yang selama masa lalu terabaikan, semoga ini terwujud karena harus didukung oleh pemerintah," jelas Kilit.

Tantangan lain, bahwa perlu pendekatan khusus di tiap daerah karena ada kelebihan di masing masing daerah yang perlu dilihat sebagai potensi ekonomi. Kata dia, Kadin dibawah Ardjad diyakini akan mampu menyelesaikan tantangan yang dihadapi secara daerah per daerah.

Kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh daerah, kata dia, maka Kadin harus hadir untuk membantu menyelesaikan tantangan tersebut.

Oleh karena itu, ujar dia, dibutuhkan sinergitas antara Kadin Indonesia dengan Kadin di tingkat daerah dalam mengoptimalkan peran membantu pemerintah menggerakkan ekonomi. Menuntaskan masalah yang masih ada.

"Di sinilah Kadin Indonesia bekerja sama dengan Kadin daerah, harus bersinergi," ungkap dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.