Sukses

Terbang ke China, Menlu Tindaklanjuti Misi Indonesia Jadi Pusat Vaksin ASEAN

Pemerintah Indonesia terus berkomitmen dalam melakukan kerja sama vaksinasi dengan beberapa negara-negara di dunia termasuk China.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia terus berkomitmen dalam melakukan kerja sama vaksinasi dengan beberapa negara-negara di dunia termasuk China. Komitmen ini dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan, di tengah kondisi ketidakpastian pemerintah Indonesia dan China menyepakati kerja sama vaksinasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Di dalam jangka pendek, Indonesia mengharapkan pemerintah RRT memberikan dukungan pengiriman vaksin dan komitmen dapat dilakukan sesuai waktu.

"Isu kerja sama vaksin ini kita bahsa langsung dengan para produsen vaksin di Tiongkok," jelas dia dalam konferensi pers, secara virtual, Jumat (2/4).

Selain kerja sama dalam jangka pendek, Indonesia juga menyepakati kerja sama jangka panjang dengan negeri Tirai Bambu tersebut. Dalam jangka panjang, pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai hub vaksi di Asia tenggara.

"Ide ini masih tahap awal kita usulkan kerja sama penguatan pengembangan vaskin, bahan baku dan peningkatan kapasitas produksi vaksin nasional," jelasnya.

Dia menambahkan, kerja sama jangka panjang ini mendapatkan dukungan langsung dari Pemerintah China. Terlebih kedua negara ini akan membahas lebih lanjut terkait kerja sama jangka pajang tersebut.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

China Percayakan Indonesia Jadi Pusat Produksi Vaksin Covid-19 ASEAN

Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyatakan keseriusannya membantu Indonesia sebagai pusat produksi vaksin COVID-19 di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

"China sudah mengirimkan vaksin COVID-19 kepada negara-negara ASEAN dan membantu Indonesia menjadi pusat vaksin yang bisa memenuhi kebutuhan negara-negara ASEAN," katanya dalam jumpa pers yang digelar di sela-sela Sidang Parlemen China di Beijing, seperti dikutip dari Antara, Senin (8/3/2021).

China dan ASEAN telah membangun hubungan strategis dan menjadi mitra dialog selama 30 tahun.

"Konfusius berkata, pada usia 30 tahun seseorang sudah bisa hidup mandiri. Setelah 30 tahun, China-ASEAN telah membangun konsep bersama tentang solidaritas, saling membantu, dan perlakuan setara untuk mencapai tujuan dan visi bersama menghadapi masa depan yang lebih cerah," kata Wang yang juga anggota Dewan Negara tersebut.

Ia menyebutkan pada tahun lalu, Presiden Xi Jinping untuk pertama kalinya menghadiri China-ASEAN Expo dilanjutkan oleh Perdana Menteri Li Keqiang menghadiri pertemuan para pemimpin China-ASEAN.

"Ini menunjukkan bahwa China sangat mementingkan kerja sama China-ASEAN dan mendukung posisi sentral ASEAN. Oleh sebab itu, kami bersedia bekerja sama membangun masa depan yang lebih baik hingga 30 tahun mendatang," ujarnya.

Untuk pertama kalinya ASEAN telah menjadi mitra dagang terbesar China pada tahun lalu sekaligus mengungguli posisi Uni Eropa dan Amerika Serikat.

"Kami akan mempererat kerja sama dengan ASEAN yang saling menguntungkan lagi. Pola pembangunan baru akan disesuaikan dengan Kerangka Kerja Pemulihan Ekonomi Komperehensif ASEAN agar implementasi RCEP (Kemitraan Ekonomi Komperehensif Regional) lebih efektif lagi," kata Wang.

Dalam jumpa ratusan awak media domestik dan asing dengan menggunakan video streaming di Media Center China itu, Wang juga menyinggung isu Laut China Selatan.

"Kami akan memperkuat kerja sama dengan ASEAN untuk mengatasi hambatan-hambatan dan mempercepat konsultasi Kode Etik Laut China Selatan, secara aktif melaksanakan kerja sama maritim demi terpeliharanya perdamaian dan stabilitas kawasan dalam jangka panjang," ujarnya.

Sidang Parlemen China yang terdiri dari dua sesi, yakni Majelis Permusyawaratan Politik dan Kongres Rakyat Nasional, masing-masing dibuka pada Kamis (4/3) dan Jumat (5/3) di Balai Agung Rakyat, Beijing. Sidang tahunan itu melibatkan 2.953 orang anggota parlemen dari Partai Komunis China dan perwakilan nonpartai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.