Sukses

Punya Banyak Uang Bikin Orang Kian Bahagia dan Sejahtera, Benarkah?

Anda mungkin pernah mendengar kutipan konvensional yang menyatakan bahwa "uang tidak dapat membeli kebahagiaan". Benarkah?

Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin pernah mendengar kutipan konvensional yang menyatakan bahwa "uang tidak dapat membeli kebahagiaan". Namun, rupanya hal ini tidak sejalan dengan apa yang ditemukan sejumlah penelitian terkait korelasi uang dengan kebahagiaan dan kesejahteraan.

Sebagaimana dikutip dari CNBC, Sabtu (17/4/2021), sebuah penelitian terkenal di 2010 menunjukkan bahwa orang cenderung merasa lebih bahagia seiring dengan semakin banyak uang yang mereka hasilkan.

Tetapi, ada satu syarat yang menyertai efek semacam ini, di mana peningkatan rasa bahagia secara berkelanjutan akan berhenti ketika sampai pada titik kepemilikan uang sekitar USD 75.000 setahun atau sekitar Rp 1 miliar.

Namun, dalam perkembangannya, menurut sebuah studi terbaru dari The Wharton School, University of Pennsylvania, kesejahteraan dan kebahagiaan orang akan tetap meningkat seiring dengan jumlah uang yang mereka miliki, bahkan pada tahapan yang melebihi USD 75.000.

Dalam rilisnya, Matthew Killingsworth, penulis studi dan rekan senior di Wharton, yang mempelajari kebahagiaan manusia, mengatakan pada kenyataannya uang mampu memberi orang otonomi untuk membuat pilihan tentang bagaimana manusia dapat menjalani hidup mereka.

Ketika para ahli mengukur kebahagiaan dalam penelitian, mereka mempertimbangkan kesejahteraan emosional orang-orang, atau bagaimana perasaan mereka sehari-hari, dan seberapa puas mereka dengan jalan hidup mereka secara keseluruhan.

Untuk studi baru ini, peneliti meminta 33.391 orang yang sudah bekerja dengan rentang usia 18 hingga 65 tahun menggunakan aplikasi smartphone yang mendorong mereka untuk memeriksa emosi mereka sepanjang hari.

Aplikasi tersebut meminta mereka untuk menentukan peringkat: "Bagaimana perasaan Anda saat ini?" dan "Secara keseluruhan, seberapa puaskah Anda dengan hidup Anda?" 

Penemuan ini didasarkan pada pengumpulan data selama tujuh tahun, tetapi Killingsworth mengatakan kepada CNBC bahwa hubungan tersebut akan tetap benar terlepas dari periode waktunya.

Data menunjukkan bahwa semua bentuk kesejahteraan terus meningkat seiring dengan bertambahnya pendapatan, di berbagai tingkat pendapatan, dan tidak stabil hanya pada USD 75.000 setahun.

“Pada tingkat individu, ini menunjukkan bahwa ketika orang-orang maju dalam karir mereka dan pendapatan mereka meningkat, itu berpotensi membuat hidup mereka benar-benar lebih baik (daripada mencapai batas ketika mereka mencapai USD 75.000),” jelas Killingsworth.

Pada tingkat masyarakat yang lebih luas, ini bisa berarti bahwa "pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam beberapa dekade mendatang mungkin masih memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambahnya.

Saksikan Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hasil temuan berbeda dengan penelitian sebelumnya

Penelitian sebelumnya tentang uang dan kebahagiaan telah melihat seberapa puas orang-orang dalam hidup mereka secara keseluruhan.

Hal ini bergantung pada kemampuan orang untuk "secara akurat mengingat bagaimana perasaan mereka di berbagai momen di masa lalu dan kemudian secara akurat mengintegrasikan ingatan tersebut ke dalam satu perkiraan," tulis penulis studi.

Tetapi, studi tersebut lebih melihat perasaan orang-orang selama beberapa momen kehidupan mereka (pernah mengalami kesejahteraan) dan evaluasi orang-orang tentang kehidupan mereka ketika mereka berhenti merasakan perasaan tersebut dan merenung untuk mengevaluasi kesejahteraan mereka.

Kondisi yang dihadapi ketika studi yang lebih dahulu tersebut dilaksanakan juga tentu berbeda dengan apa yang banyak orang tengah hadapi saat ini.

Selama pandemi Covid-19 misalnya, pendapatan bisa menjadi sedikit lebih penting bagi kebahagiaan orang, kata Killingsworth.

“Misalnya, jika Anda memiliki bantalan finansial (yang cukup), Anda akan lebih mampu keluar dari masa pengangguran, dan jika Anda memiliki pekerjaan bergaji tinggi, kemungkinan besar Anda akan (memiliki fleksibilitas lebih tinggi untuk) dapat bekerja dari rumah dan mempertahankan pekerjaan Anda, yang semuanya akan memberi Anda lebih banyak hak pilihan atas hidup Anda sendiri,” jelas Killingsworth.

Pada akhirnya, Killingsworth mengatakan bahwa pendapatan hanyalah salah satu faktor yang memengaruhi kebahagiaan individu dan bukan yang paling penting. 

"Jika ada, orang (terkadang) mungkin terlalu menekankan uang ketika mereka memikirkan tentang seberapa baik kehidupan mereka," katanya dalam rilisnya.

Terdapat banyak faktor selain uang yang berkontribusi pada kebahagiaan seseorang. Penelitian lain telah menunjukkan bahwa hubungan sosial dan koneksi juga merupakan kontributor terpenting bagi terciptanya kebahagiaan.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana pekerjaan dan penghasilan kita sesuai dengan pandangan kita tentang kesuksesan. 

Dalam penelitian Wharton, orang-orang ditanya, "Sejauh mana menurut Anda uang merupakan indikasi kesuksesan dalam hidup?" Mereka yang menyamakan uang dengan definisi kesuksesan terbukti kurang bahagia dibandingkan mereka yang tidak memiliki pandangan yang sama.

Penelitian lain menunjukkan bahwa ketika orang memiliki pekerjaan yang memberi makna atau tujuan, mereka jadi lebih bahagia, terlepas dari berapa banyak uang yang mereka hasilkan dari pekerjaan tersebut.

 

Reporter: Priscilla Dewi Kirana

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.