Sukses

Nilai Tukar Rupiah Terus Tertekan di Awal 2021, Tapi Tak Separah Mata Uang Lain

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami depresiasi atau pelemahan sebesar 2,26 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami depresiasi atau pelemahan sebesar 2,26 persen sejak akhir Desember hingga hari ini, Kamis (18/3/2021). Pelemahan mata uang hampir terjadi di seluruh negara.

"Dibandingkan dengan sejumlah negara pelemahan nilai tukar rupiah year to date dari akhir tahun 2020, 31 Desember hingga hari ini mencatat depresiasi 2,26 persen," ujar Perry dalam konferensi pers online, Jakarta.

Perry mengatakan, tingkat depresiasi ini lebih rendah dibanding negara emerging market lain seperti Brasil, Meksiko, Korea Selatan dan Thailand. Faktor pelemahan ini dipicu oleh ketidakpastian keuangan global.

"Ketidakpastian pasar keuangan global meningkat yaitu dikaitkan dengan reaksi pasar terhadap besarnya stimulus fiskal Amerika Serikat dan pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang lebih cepat," jelasnya.

Meski demikian, ke depan mata uang Garuda diyakini masih akan terjaga mengingat bank sentral Amerika Serikat (The Fed) belum akan mengubah kebijakan moneternya. Hal ini kemudian bisa menjadi acuan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Meskipun The Fed belum akan mengubah kebijakan moneternya, penguatan dolar AS ini memberi tekanan terhadap seluruh mata uang di dunia. Langkah stabilisasi yang kita lakukan menjaga nilai tukar tentu saja masih terjangkau," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Keputusan The Fed Tahan Suku Bunga Bawa Rupiah Perkasa

Sebelumnya, Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis pekan ini. Penguatan rupiah ditopang oleh keputusan bank sentral Amerika Serikat, The Fed menahan suku bunga acuan.

Mengutip Bloomberg, Kamis (18/3/2021), rupiah dibuka di angka 14.380 per dolar AS menguat dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di 14.427 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah di level 14.390 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.375 per dolar AS hingga 14.392 per dolar AS. jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,42 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.412 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.412 per dolar AS.

Analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, melemahnya indeks dolar dan turunnya imbal hasil (yield) obligasi AS kemungkinan akan mendorong penguatan rupiah.

"Yield US treasury 10 tahun kemungkinan turun ke level 1,6 persen. Keputusan The Fed untuk tetap melanjutkan tingkat suku bunga rendah dan program pembelian surat utang di tengah kenaikan pertumbuhan ekonomi, kemungkinan akan meredakan tekanan naiknya yield US treasury," ujar Ahmad dikutip dari Antara, Kamis (18/3/2021).

The Fed berjanji akan terus melakukan program pembelian surat utang setiap bulan sebesar 120 miliar dolar AS. Kebijakan tersebut kemungkinan akan meredakan kenaikan imbal hasil obligasi AS yang meningkat selama tiga bulan terakhir.

Powell menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada 2021 menjadi 6,5 persen dari sebelumnya 4,2 persen. Inflasi diperkirakan akan meningkat, namun Powell berjanji untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga rendah. Hal ini turut berdampak pada nilai tukar rupiah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.