Sukses

Nasabah Milenial yang Gagal Bayar KPR Meningkat selama Pandemi Covid-19

Permintaan KPR dari segmen milenial mengalami penurunan hingga sekitar 70 persen selama 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Kecenderungan gagal bayar nasabah Kredit pemilikan Rumah (KPR) di PT Bank CIMB Niaga Tbk meningkat. Hal ini tidak terlepas dari dampak pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia. Menariknya, gagal bayar tersebut banyak dialami oleh nasabah milenial.

Mortgage & Secured Loan Business Head CIMB Niaga Heintje Mogi mengatakan, para debitur KPR segmen milenial banyak yang menjadi korban dirumahkan atau PHK, terutama mereka yang bekerja di sektor-sektor yang terdampak paling dalam seperti pariwisata.

"Harus diakui sejak 2020 kecenderungan gagal bayar meningkat," kata Heintje dalam Diskusi Bersama CIMB Niaga, Jakarta, Kamis (18/3/2021).

Perusahaan pun memberikan restrukturisasi kredit pada debitur yang terdampak pandemi Covid-19 sehingga NPL masih relatif terjaga. Permintaan KPR dari segmen milenial pun mengalami penurunan hingga sekitar 70 persen.

"Kalau 2019 misalnya ada 1.000 milenial yang mengajukan KPR, tahun 2020 ini tinggal 30 persen yang mengajukan kreditnya," kata dia.

CIMB Niaga menyiasati pertumbuhan KPR milenial dengan menawarkan produk yang beragam. Mulai dari kredit rumah Rp 500 juta sampai Rp 600 juta dan memastikan penghasilan para debitur atau calon debitur tetap bergerak di tengah ketidakpastian ini.

"Apapun produk KPR-nya kalau bunga murah tapi tidak ada penghasilan akan sama saja, yang penting kita pastikan dulu penghasilan mereka bergerak," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lebih Cermat

CIMB Niaga menjadi lebih cermat dan melakukan beberapa pengetatan kebijakan kepada debitur dalam menyalurkan kredit agar tidak berubah menjadi kredit macet di kemudian hari. Selain itu, perusahaan juga tahun ini mencadangkan untuk mengantisipasi kredit macet yang berubah menjadi NPL.

"Tahun 2021 ini kami mencadangkan jauh lebih baik, tahun lalu Rp 7,4 triliun dan kita harus tumbuh lebih baik. Kalau NPL kita jelek, kredit kita persulit, karena managemen minta kita tahun ini harus tumbuh lebih baik dari tahun 2020," katanya.

Beberapa strategi yang ditempuh lainnya yakni menertibkan peta target debitur dari sektor-sektor yang terdampak. Melakukan evaluasi keuangan dan melakukan berbagai mitigasi dari kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Selain itu juga menilai aspek keuangan nasabah, kemampuan bayar debitur dan melihat tren di pasar.

"Tentunya kita lihat tren yang ada di pasar, kita lihat daerah yang terdampak dan kita gak bisa seagresif dulu untuk di ilayah terdampak untuk menekan NPL," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.