Sukses

KNKT: Jangan Naik Bus Tak Punya Sabuk Pengaman

KNKT mengimbau kepada seluruh pengguna untuk tidak menyewa ataupun menaiki moda bus yang tidak memiliki fasilitas safety belt ataupun sabuk pengaman

Liputan6.com, Jakarta Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahtono mengimbau kepada seluruh pengguna untuk tidak menyewa ataupun menaiki moda bus yang tidak memiliki fasilitas safety belt ataupun sabuk pengaman. Hal ini demi memastikan keselamatan jiwa penumpang bus sendiri.

"Ini mumpung bicara safety belt atau sabuk keamanan, jadi kami himbau kita semua kalau sewa, kalau mau naik bis, nggak ada sabuknya. Ya jangan di sewa, jangan naik," tuturnya dalam acara Dialog Publik "YUK SELAMAT BERSAMA", Rabu (17/3/2021).

Dia mengungkapkan, hingga saat ini, mayoritas korban kecelakaan yang lolos dari maut akibat patuh menggunakan sabuk pengaman. Sehingga, penting untuk tersedianya fasilitas sabuk pengaman di berbagai moda angkutan umum termasuk bus.

"Karena banyak kecelakaan kalau dia pakai sabuk keselamatan orang ini selamat. Banyak kecelakaan yang seperti itu, kalau dia pakai (sabuk pengaman) selamat," bebernya.

Pun, penyediaan sabuk pengaman di moda angkutan bus sendiri telah tertuang di aturan hukum yang berlaku. "Karena (safety belt) sudah wajib ya jangan di sewa, jangan naik," tegasnya.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Djoko Sasono menambahkan, sudah banyak contoh mengerikan dari korban kecelakaan yang kehilangan nyawa akibat tidak memakai safety belt.

Salah satunya peristiwa tragis ini juga dialami oleh anak pengusaha bus yang terpaksa meregang nyawa akibat tidak menggunakan sabuk pengaman.

"Teman saya ada yang meninggal karena kecelakaan benturan, bisnya nabrak. Dia patah (leher) sampai klek. Padahal dia anaknya pengusaha bis, tapi meninggal karena kecelakaan di bus," ujar dia.

Oleh karena itu, Djoko meminta, agar seluruh pengelola moda angkutan umum, termasuk bus, untuk memastikan tersedianya sabuk pengamanan dalam setiap perjalanan. Menyusul peran pentingnya bagi keselamatan pengguna.

"Jangan kecelakaan, artinya pada saat kita tidur terus ada guncangannya kerasa gitu leher bisa patah," ucapnya.

Sulaeman

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

KNKT: Mbah Google Itu Baik, tapi Kadang Juga Tidak Baik

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, menyoroti aplikasi peta Google Maps yang banyak digunakan oleh masyarakat saat berkendara. Ia menyarankan agar masyarakat tetap bijak ketika mengikuti penunjuk jalan di Google Maps untuk menghindari kecelakaan.

Soerjanto mengatakan ada beberapa kecelakaan karena mengikuti Google Maps. Hal ini disebabkan pengguna jalan tidak mengetahui dengan pasti kondisi jalan yang akan dilaluinya.

"Ada beberapa kejadian karena mengikuti mbah Google (Google Maps) tadi, lalu masuk ke jalan kecil, kemudian banyak jalanannya turunan tajam sehingga terjadi beberapa kecelakaan," kata Soerjanto dalam acara virtual Launching Kampanye Kolaboratif "Yuk Selamat Bersama" pada Rabu (17/3/2021)

Ia pun mengimbau masyarakat untuk terus berhati-hati ketika berkendara menggunakan layanan peta digital, seperti halnya produk teknologi lain.

"Ini juga menjadi tugas kita semua untuk bijak kalau kita menggunakan Google Maps. Benar tidak jalanan ini aman kita lewati. Mbah Google itu baik, tapi kadang-kadang juga tidak baik," sambungnya.

Soerjanto menyadari bahwa penggunaan teknologi tidak bisa dihindari. Melihat banyaknya masyarakat menggunakan Google Maps, pihak KNKT pun telah berkomunikasi dengan Google agar bisa memberikan jalan alternatif yang aman di layanannya.

"Kami juga sudah bekerja sama dengan Google untuk jalan-jalan seperti itu diblokir saja, tidak menjadi alternatif," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.