Sukses

Titik Lemah Indonesia Tarik Investasi Asing: Upah Tenaga Kerja Mahal

Indonesia tidak bisa serta-merta mengandalkan investasi domestik saja tapi juga perlu lebih gencar menarik investor asing.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Makro Ekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menilai di saat ekonomi tengah anjlok akibat pandemi, Indonesia tidak bisa serta-merta mengandalkan investasi domestik saja, tapi juga perlu lebih gencar menarik investor asing, khususnya di sektor teknologi dan produk inovasi.

"Penanaman modal asing memang harus ditingkatkan, karena kalau hanya mengandalkan investasi domestik tidak bisa menarik teknologi baru. Indonesia belum bisa menghasilkan produk yang nilai tambahnya tinggi," ujar Riefky dikutip dari Antara, Selasa (16/3/2021).

Meski demikian, lanjut Riefky, mengundang investasi dari luar negeri masuk ke Tanah Air memang tak semudah membalikkan tangan. Apalagi, tingkat kemudahan berbisnis Indonesia juga masih belum begitu baik. Dalam tiga tahun terakhir peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia tertahan pada level 73.

Rendahnya peringkat tersebut menjadi acuan investor dalam menjadikan suatu negara menjadi tujuan investasi. Oleh karena itu, menurutnya, jika ada investor yang menjadikan Indonesia sebagai tujuan investasi, seharusnya peluang tersebut tidak disia-siakan.

Masih rendahnya peringkat EoDB Indonesia, kata dia, disebabkan beberapa hal. Pertama, biaya tenaga kerja yang mahal namun keahlian yang dimiliki rendah atau tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.

Lalu juga ada terkait proses perizinan yang sangat lambat. Selain itu juga terkait dengan stimulus fiskal baik berupa kebijakan pajak maupun bea cukai yang masih perlu diperbaiki.

"Di Singapura, misalnya ada investor asing masuk mengajukan izin hari ini, besok izinnya sudah keluar, namun di Indonesia hal tersebut bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan. Kalau dari segi fiskal masih ada yang perlu diperbaiki, misalnya stimulus bea cukai dan perpajakan, investasi asing bisa diberikan bebas pajak bumi dan bangunan. Namun yang paling substansial adalah soal regulasi yang tumpang tindih, dan proses yang lambat," ujar Riefky.

Target investasi tahun ini pun cukup besar yakni Rp 900 triliun, sehingga ketertarikan investor untuk masuk perlu ditangani dengan serius.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Deretan Investasi Jumbo Raksasa Otomotif Jepang Siap Masuk Indonesia, Siapa Saja?

Sejumlah perusahaan otomotif asal Jepang dilaporkan akan menambah nilai investasi mereka di Indonesia.

Hal ini disampaikan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat mengunjungi Jepang untuk bertemu beberapa perwakilan industri otomotif.

Di Negeri Matahari Terbit, Agus bertemu dengan 4 perusahaan otomotif. Dalam pertemuan tersebut, Agus mengatakan mendapatkan sambutan baik dan positif, dan ada kesepakatan dari masing-masing pihak bahwa Indonesia melihat Jepang sebagai mitra strategis dan sangat penting.

"Kemudian Jepang juga melihat Indonesia, baik sebagai kekuatan politik maupun ekonomi yang juga sangat penting," ujarnya di Tokyo, Jepang.

Lantas perusahaan mana saja yang siap melanjutkan komitmen investasi di Indonesia? Berikut daftarnya:

1. Mitsubishi Motor Corporation (MMC)

Agus mengatakan, dari hasil pertemuannya dengan prinsipal otomotif berlambang tiga berlian, Mitsubishi berkomitmen menambah investasi sebesar Rp 11,2 triliun pada akhir tahun 2025.

Perusahaan juga memproyeksi terjadi peningkatan kapasitas produksi, dari 220 ribu menjadi 250 ribu unit. "Mereka juga akan mengembangkan dua model mobil electric vehicle (EV)," papar Menperin.

3 dari 5 halaman

2. Toyota

Selain itu, pabrikan Toyota juga akan menambah investasi ke Indonesia sebesar Rp 22 triliun. Investasi tersebut akan mengalir sampai dengan 2025.

"Kita akan ketemu kembali dan memberikan komitmen dengan kami sebesar Rp 22 triliun sampai dengan tahun 2025," kata Agus.

Sebelumnya, pemerintah dan Toyota sudah berkali-kali bertemu membahas investasi tersebut. Agus dijadwalkan bertemu dengan para pemangku kepentingan dari Toyota pada 11 Maret 2021.

4 dari 5 halaman

3. Honda

Lanjut Agus, Honda juga akan menambah investasi sampai dengan 2024 sekitar Rp 5,2 triliun.

"Ini termasuk dalam pengembangan model-model baru yang akan dikembangkan di Indonesia. Kita akan dorong terus kegiatan ekspansinya di Indonesia," kata Menperin.

Menperin memaparkan, selama ini Honda telah mengekspor komponen otomotif yang sangat besar dari Indonesia. Hal tersebut menjadi bagian dari rantai pasok global produk otomotif global, yang diekspor dari Indonesia ke Thailand, Pakistan, India, Saudi Arabia, dan beberapa negara lain, dengan total sembilan negara.

Selain itu Honda juga mengekspor kendaraan utuh atau Completely Built Up (CBU) ke dua negara yakni Filipina dan Vietnam.

Dalam pertemuan dengan Menperin, Honda juga berkomitmen untuk menambah jumlah negara tujuan ekspor hingga 31 negera di Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.

5 dari 5 halaman

4. Suzuki

Terakhir, Suzuki Motor Corp (SMC) yang dilaporkan turut berkomitmen menambah investasi sebesar Rp 1,2 triliun serta akan mengembangkan kendaraan jenis Ertiga.

"Sampai 2024 itu Suzuki akan menambah investasi Rp 1,2 triliun dan ini akan menjadi basis pengembangan Ertiga dan juga XL7 yang basisnya mild hybrid," tuturnya.

Model-model tersebut, lanjut Menperin, akan dikembangkan menjadi produk ekspor untuk memenuhi pasar otomotif di negara-negara Asia dan Latin Amerika. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.