Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Februari 2021 sebesar USD 15,27 miliar. Angka tersebut secara month to month turun tipis sebesar 0,19 persen, sementara secara tahunan atau year on year naik sebesar 8,56 persen.
"Nilai ekspor Indonesia pada Februari USD 15,27 miliar artinya naik 8,56 persen dibandingkan tahun lalu Februari 2020. Secara bulanan memang ada penurunan, turun tipis 0,19 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Jakarta, Senin (15/3).
Baca Juga
Suhariyanto mengatakan, penurunan ekspor terjadi karena adanya penurunan ekspor sektor migas. Sementara itu, ekspor non migas turun sangat tipis 0,04 persen. Ekspor migas nilai minyak mentahnya mengalami kenaikan, yang menurun ekspor gas 16,54 persen.
Advertisement
"Secara year on year ekspor pada Februari tumbuh sangat menggembirakan yaitu sebesar 8,56 persen secara year on year. Hal ini terjadi karena kenaikan ekspor migas 6,90 persen," jelasnya.
Adapun perkembangan ekspor secara bulanan, untuk Februari nilainya sebesar USD 15,27 miliar. Nilai ini dibandingkan Januari 2021 turun tipis, kemudian dibanding Februari 2020 sebesar USD 14,06 miliar yang berarti ada kenaikan 8,55 persen.
"Nilai ekspor Februari tahun ini juga lebih besar dibanding 2019 USD12,79 miliar. Perkembangannya sangat menggembirakan, sejak November 2020 selalu tumbuh positif. Ini perkembangan sangat menggembirakan," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ekonom Ramal Neraca Perdagangan Februari 2021 Surplus Capai USD 2,5 Miliar
Neraca perdagangan Februari 2021 diprediksi masih akan surplus. Angkanya bisa mencapai USD 2,5 miliar atau lebih, lebih tinggi daripada realisasi Januari 2021 yang mencapai USD 1,96 miliar.
"Neraca perdagangan prediksi kami akan mencapai angka USD 2,5 miliar atau lebih," kata Ekonom Makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, kepada Liputan6.com, Senin (15/3/2021).
Dia menjelaskan, hal ini didorong meningkatnya ekspor komoditas seperti sawit dan melemahnya impor seiring masih lemahnya perekonomian domestik.
Advertisement
Menurut Riefky, neraca perdagangan Indonesia ke depan masih akan berada di cakupan yang baik. "Untuk semester U 2021 masih terlalu dini menyimpulkan, tapi saya rasa overall masih akan di teritori positif," tuturnya.
Ekonom Senior Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, juga mengatakan hal serupa. Surplus terjadi karena kondisi ekspor yang masih tinggi, walaupun diprediksi masih di bawah normal.
Hal ini terutama ditopang oleh harga komoditas yang masih tinggi seperti CPO, dan mulai membaiknya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama seperti China.
"Jadi ekspor akan relatif masih bagus di tengah kondisi impor yang masih sangat turun belum ada perbaikan, disebabkan industri kita masih menahan produksi karena pandemi," kata Piter.
Dia menuturkan jika ekspor yang relatif baik dibandingkan impor yang terus turun, menyebabkan surplus neraca perdagangan masih terjaga.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement