Sukses

Lewat Buku, Dirut Cerita Perjalanan PLN Terangi Negeri Selama 75 Tahun

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini bercerita tentang perjalanan panjang PLN dalam menghadirkan istrik di seluruh Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta PLN baru saja meluncurkan buku berjudul "Menerangi Negeri: 75 Tahun PLN". Buku tersebut memuat kisah perseroan sejak berdiri hingga dapat berkiprah menerangi Indonesia hingga saat ini.

Dalam acara bedah buku yang ditayangkan secara virtual, Kamis (4/3/2021), Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini bercerita tentang perjalanan panjang PLN dalam menghadirkan istrik di seluruh Indonesia.

"Perjalanan PLN dalam menghadirkan terang di negeri ini sudah setua umur Republik Indonesia, sekalipun listrik sudah hadir pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia," jelas Zulkifli.

Sepanjang 75 tahun, banyak dinamika, pengalaman, pelajaran dan hasil kemajuan yang PLN capai hingga saat ini.

Masa-masa perjuangan mendorong PLN menjadi bagian terpenting dari upaya mendapatkan legitimasi dan kedaulatan bangsa untuk merdeka dari penjajahan.

Peran PLN dalam melistriki Indonesia tidak mudah, karena kondisi geografis Indonesia berbeda tiap wilayah. Apalagi, di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini.

"Tapi, PLN tidak menyerah dan terus mengupayakan hadirnya terang di setiap rumah warga," katanya.

Pihaknya menghaturkan terima kasih karena dukungan berbagai pihak dalam menyelesaikan buku tersebut.

"Buku yang diluncurkan akan menjadi pengingat perjuangan PLN pada tiap jejak waktu yang telah dilewati. Buku ini juga menjadi penyemangat, bahwa kita tidak akan berhenti hingga di titik ini," tandasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berbagai Upaya PLN demi Efisiensi

Pemerintah terus mendorong PT PLN (Persero) melakukan efisiensi untuk mewujudkan tarif tenaga listrik yang kompetitif. Kebijakan efisiensi ini telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 9 Tahun 2020 tentang Efisiensi Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero).

Ini diungkapkan Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Munir Ahmad pada Webinar Efisiensi Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) di Jakarta, pada Selasa (23/2/2021) lalu.

Dia mengatakan jika efisiensi penyediaan tenaga listrik merupakan salah satu komponen parameter yang digunakan dalam perhitungan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) maupun kebutuhan subsidi listrik. Salah satu parameter dalam mengitung subsidi listrik adalah besaran susut jaringan (losses).

Direktur Bisnis Regional Jawa Madura dan Bali PT PLN (Persero) Haryanto WS menyatakan susut jaringan tenaga listrik Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara di kawasan Asia Tenggara lainnya.

Pada 2019, susut jaringan di Indonesia tercatat 9,37 persen. Adapun susut jaringan di negara lain seperti Singapura telah mencapai 2,02 persen, Malaysia 5,79 persen, Thailand 6,11 persen, dan Vietnam 9,29 persen.

Susut jaringan ini juga merupakan salah satu parameter efisiensi jaringan tenaga listrik, semakin tinggi angka susut jaringan maka semakin kurang efisien penyediaan listrik.

Menurut Haryanto, masih tingginya nilai susut di Indonesia tidak terlepas dari struktur pelanggan yang didominasi oleh pelanggan tegangan rendah (TR).

Dominasi pelanggan TR ini menyebabkan konsumsi energi per kapita relatif rendah (972 kWh/kapita per tahun), sehingga pencapaian susut lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju yang konsumsi listrik perkapitanya lebih besar.

“Kami akan berusaha untuk memaksimalkan penurunan susut energi. Namun, penurunan susut energi ini membutuhkan investasi yang nilainya tidak sedikit. Banyak pengaruh dari konfigurasi atau kondisi beban kita, tapi kami akan berusaha” ujar Haryanto.

Disebut Haryanto, PLN terus berusaha memperbaiki susut jaringan di seluruh proses bisnis dari hulu ke hilir (Pembangkit, Transmisi dan Distribusi).

Upaya tersebut diantaranya adalah melakukan upaya teknis untuk menurunkan susut pada transmisi, melakukan upaya untuk menurunkan susut teknis & non-teknis pada distribusi.

Kemudian melakukan program transformasi PLN untuk memperbaiki proses bisnis untuk dapat meningkatkan efisiensi dan perbaikan susut jaringan, dan PLN juga sedang mengajukan usulan kepada Kementerian ESDM untuk menaikkan batas power factor untuk pelanggan industri dan komersil dari 0,85 menjadi 0,90.

“Kami juga terus berusaha meningkatkan otomatisasi dan sentralisasi serta digitalisasi di distribusi ini untuk meminimalkan loses,” ungkap Haryanto.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini