Sukses

9 Pola Asuh Sederhana dari Ahli yang Bikin Anak Sukses

Peran orang tua cukup vital untuk membentuk kepribadian bagi anak yang mampu menunjang kesuksesan kariernya.

Liputan6.com, Jakarta Mencapai kesuksesan saat memasuki usia dewasa tidak hanya diperoleh dengan persiapan setahun dua tahun. Butuh waktu yang relatif panjang untuk membangun karier yang mapan, bahkan sejak masih usia anak-anak.

Karena itu, peran orang tua cukup vital untuk membentuk kepribadian bagi anak yang mampu menunjang kesuksesan kariernya.

Dikutip dari BusinessInsider.com, Kamis (25/2/2021), sedikitnya ada 9 kunci kesuksesan pola asuh orang tua untuk memastikan anak mereka bisa menjadi orang sukses di masa depan. Hal-hal tersebut merupakan apa yang sudah direkomendasikan oleh para peneliti.

1. Jangan beritahu anak mereka bisa jadi apa pun di masa depan

Dalam sebuah riset terhadap 400 remaja di Amerika Serikat, hasilnya menunjukkan mayoritas mereka tidak tertarik mempersiapkan karier tertentu di masa depan.

Mereka kebanyakan ingin menjadi musisi, atlet ataupun desainer video game. Meski sebenarnya pekerjaan ini mencakup kurang dari 1 persen pekerjaan di AS.

Padahal pekerjaan di bidang konstruksi, manufaktur ataupun kesehatan justru jadi primadona di masa depan.

Jumlah peminatnya yang tidak begitu banyak namun kebutuhan yang tinggi, sehingga peluangnya pun semakin besar. Mengapa tidak mengarahkan buah hati ke bidang-bidang yang potensial tersebut.

2. Membangun Ikatan Kuat seperti Makan malam bersama

Menurut organisasi nirlaba yang beroperasi di Harvard University, anak-anak yang makan bersama keluarga mereka kira-kira lima hari seminggu menunjukkan tingkat penyalahgunaan narkotika, kehamilan remaja, obesitas, dan depresi yang lebih rendah.

Mereka juga memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi, pengetahuan kosakata yang lebih baik, dan penerimaan diri yang lebih tinggi.

 

Saksikan Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Batasi penggunaan layar media

Para peneliti menemukan bahwa penggunaan tablet dan smartphone berlebihan pada anak dapat menyebabkan perubahan permanen pada otak.

Ini akan mempengaruhi keterampilan berbahasa, kemampuan bersosialisasi serta mengganggu fokus dan perhatian anak.

Asosiasi Pediatri Amerika (AAP) menyarankan agar anak usia di bawah 18 bulan seharusnya tidak dibiarkan mengakses layar tablet ataupun smartphone. Anak usia dua hingga lima tahun maksimal hanya satu jam sehari.

Orang tua juga harus memastikan area meja makan, tempat tidur dan mobil merupakan area bebas smartphone ataupun tablet.

4. Bekerja di luar rumah

Tentu ada manfaat keluarga memiliki ibu yang tinggal di rumah. Punya waktu lebih banyak untuk mengawasi pekerjaan rumah, serta lebih intensif menemani anak.

Tetapi para peneliti di sekolah bisnis Harvard University telah menemukan bahwa ketika ibu bekerja di luar rumah, anak perempuan lebih mungkin untuk bekerja sendiri, memegang peran pengawas, dan menghasilkan lebih banyak uang daripada teman sebaya yang ibunya tidak memiliki karier di luar rumah.

5. Membiasakan anak bekerja

Dalam TED Talk 2015, Julie Lythcott-Haims, penulis "How to Raise an Adult" dan mantan dekan mahasiswa baru di Stanford University, menyebut bahwa orang yang mencapai kesuksesannya di kehidupan profesional merupakan anak yang sejak kecil sudah dibiasakan untuk bekerja.

Terutama membantu pekerjaan rumah, seperti membersihkan rumah, membantu ayahnya berkebun, dan lainnya.

 

3 dari 4 halaman

6. Menunda memberi hadiah dan ajarkan konsistensi

Eksperimen marshmallow dilakukan pada tahun 1972 yang meneliti konsistensi seorang anak menahan godaan dengan proyeksi kesuksesan di masa depan.

Hasilnya, anak yang tidak tergoda untuk makan marshmallow di depannya sebagai perintah peneliti saat itu, ternyata memiliki keterampilan sosial lebih baik, nilai tes lebih tinggi serta tidak terjerumus penggunaan obat terlarang setelah 40 tahun kemudian.

Karena itu, untuk membuat anak mengembangkan keterampilannya di masa depan, latih mereka untuk konsisten mengasah keterampilan tersebut setiap hari. Anak-anak yang dididik dengan prinsip tersebut akan tampil lebih baik dibandung rekan sebayanya yang tidak konsisten mengasah keterampilan mereka.

7. Membacakan Buku

Para peneliti di sekolah kedokteran New York University menemukan bahwa bayi yang rutin dibacakan buku oleh orang tuanya akan tumbuh dengan kemampuan bahasa dan melek huruf yang lebih baik. Mereka juga sudah bisa membaca bahkan empat tahun sebelum masuk sekolah dasar.

Profesor Alice Sullivan, pengajar sosiologi di University College London dalam penelitiannya juga menemukan, anak berusia 10 tahun yang sering membaca buku dan anak usia 16 tahun yang membaca buku sekurang-kurangnya sekali seminggu, memiliki nilai tes yang lebih tinggi.

Minat membaca sejak kecil memiliki asosiasi kuat dengan kemampuan literasi, ejaan dan matematika yang lebih baik.

 

4 dari 4 halaman

8. Bawa anak untuk berlibur

Organisasi non-profit yang mempromosikan layanan liburan pelajar dan remaja (SYTA) melakukan survei kepada lebih dari 1.000 guru di Amerika Serikat yang mengajak muridnya untuk karyawisata ke luar negeri.

Hasilnya, guru tersebut menemukan beberapa nilai yang bisa dipelajari dari kegiatan tersebut.

Beberapa pelajaran tersebut diantarnya, siswa belajar tentang toleransi terhadap budaya dan etnis yang berbeda, meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi, meningkatkan kepercayaan diri dan independensi, kemampuan beradaptasi, kemampuan intelektual lebih tinggi dan banyak lagi.

9. Biarkan anak gagal

Menurut Dr. Stephanie O'Leary, seorang psikolog klinis yang mengkhususkan diri dalam neuropsikologi, kegagalan akan membantu tumbuh kembang anak dalam beberapa tingkatan.

Saat mengalami kegagalan atau terjatuh, ini akan membantu anak untuk mencari tahu cara mengatasinya atau cara untuk berdiri kembali.

Membiarkannya melakukan sendiri akan mengajarkan anak untuk sadar bahwa keterampilan menyelesaikan masalah merupakan keterampilan dasar yang sangat penting di masa depan, bahkan tanpa harus diberi penghargaan ia harus bisa melakukannya.

Seiring berjalannya waktu, anak yang pernah mengalami kegagalan akan membangun ketahanan dan lebih mau mencoba tugas dan aktivitas yang sulit karena tidak takut gagal. Dan, katanya, membantu anak saat mereka gagal atau jatuh, sama halnya mengirimkan pesan bahwa Anda tidak mempercayai dia.

Reporter: Abdul Azis Said

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.