Sukses

Pertama Kalinya, China Gulingkan AS Jadi Mitra Dagang Utama Eropa

China diperkirakan akan mencatatkan tingkat pertumbuhan tertinggi kedua secara global pada 2021, menurut perkiraan dari Dana Moneter Internasional.

Liputan6.com, Jakarta Pertama kalinya, China bisa menggulingkan Amerika Serikat (AS) sebagai mitra dagang utama Eropa pada tahun lalu. Hal ini terkuak dari data Kantor Statistik Eropa.

Tercatat jika ekspor Uni Eropa ke China tumbuh 2,2 persen pada tahun lalu dan impor naik 5,6 persen. Sebagai perbandingan, ekspor ke AS turun 8,2 persen dan impor turun 13,2 persen.

Angka terbaru, yang dirilis Eurostat seperti melansir CNBC, Selasa (16/2/2021) menunjukkan bahwa China sekarang memiliki peran yang lebih besar dalam kinerja ekonomi Eropa.

"Alasan di baliknya jelas jika fakta bahwa China/Asia adalah satu-satunya wilayah yang mengalami pemulihan yang bagus," kata Ekonom di ING Jerman Carsten Brzeski.

Pandemi virus Corona Covid-19 memang berdampak ke ekonomi global. Namun dampak yang diberikan tidak proporsional di negara-negara di dunia.

Faktanya, China yang menjadi tempat kasus Covid-19 pertama kali dilaporkan, justru belum kembali melakukan pembatasan sosial untuk kedua kalinya seperti yang terjadi di banyak negara Eropa.

Akibatnya, perekonomian Tiongkok berkinerja sedikit mendekati level sebelum Covid dibandingkan dengan bagian dunia lain, di mana pembatasan masih berdampak pada aktivitas masyarakat.

Bahkan, China diperkirakan akan mencatatkan tingkat pertumbuhan tertinggi kedua secara global pada 2021, menurut perkiraan dari Dana Moneter Internasional.

"Ke depan, pentingnya China bagi perdagangan Eropa juga merupakan dilema yang jelas," kata Brzeski.

Dia menambahkan bahwa Eropa akan kesulitan membuat pilihan antara berdagang dengan China dan membantu AS di bidang teknologi.

AS dan UE sendiri memang sempat berselisih dengan Beijing mengenai 5G dan transfer teknologi. Ini ketika pemerintah negara itu meminta perusahaan asing untuk membagikan teknologi mereka dengan imbalan akses pasar.

Di saat yang sama, Washington D.C. dan Brussels juga menyoroti hak asasi manusia di Tiongkok. “Resikonya adalah bahwa kompromi dan keseimbangan antara keduanya akan menghambat pertumbuhan di masa depan,” kata Brzeski.

 

Saksikan Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perkuat Hubungan

Namun, Uni Eropa nampaknya ingin memperkuat hubungan ekonomi dengan China. Keduanya bahkan mencapai kesepakatan investasi baru pada bulan Desember yang bertujuan mempermudah perusahaan Eropa untuk beroperasi di Beijing.

Kesepakatan, yang tampaknya telah disepakati sebelum pelantikan Joe Biden pada akhir Januari, melarang China menghentikan akses atau memperkenalkan praktik diskriminatif baru di sektor manufaktur dan beberapa sektor jasa.

"Krisis saat ini tidak memberi kami pilihan lain selain bekerja sama dengan mitra global kami, termasuk China," tegas Kepala perdagangan Eropa, Valdis Dombrovskis.

“Dengan bekerja sama kita dapat pulih lebih cepat secara ekonomi, dan membuat kemajuan di bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama seperti hubungan perdagangan dan investasi,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Perjanjian tersebut belum disetujui oleh anggota parlemen Eropa, beberapa di antaranya mengkritik pemerintah China dan enggan menandatanganinya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.