Sukses

Turun, Ekspor Januari 2021 Tercatat USD 15,30 Miliar

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia pada Januari 2021 menurun dibanding bulan sebelumnya Desember 2020

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia pada Januari 2021 menurun dibanding bulan sebelumnya Desember 2020. Ekspor Januari tercatat sebesar USD 15,30 miliar sedangkan pada bulan sebelumnya ekspor sebesar USD 16,54 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan penurunan tersebut terjadi karena ekspor migas turun sebesar minus 13,24 persen dan posisi non migas juga turun minus 7,11 persen.

"Kalau kita lihat siklus-siklus di tahun sebelumnya selalu terjadi penurunan dari bulan Januari bulan Desember. Karena di bulan Desember banyak sekali kegiatan ,sementara di awal Januari itu tahunnya tahun baru dan dan baru mulai bergeliat," kata Suhariyanto dalam rilis BPS di Kantornya, Jakarta, Senin (15/2)

Dia mengatakan, posisi ekspor Januari sebesar USD 15,30 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, justru tercatat alami peningkatan sebesar yakni 12,24 persen persen. Di mana, periode Januari 2020, ekspor Indonesia tercatat USD 13,63 miliar.

Peningktan tersebut terjadi karena sektor migas meningkat sebesar 8,30 persen dan nonmigas 12,49 persen. "Jadi secara year on year nilai ekspor Januari pada 2021 ini mengalami peningkatan 12,24 persen," imbuh dia.

Menurut sektor, secara umum keseluruhan ekspor secara bulan ke bulan menunjukkan penurunan, namun secara tahunan justru alami kenaikan yang menggembirakan. Bahkan sampai dengan dua digit.

Misalnya saja ekspor pertanian secara month to month turun 22,19 persen. Beberapa ekpsor pertanian yang cukup besar itu adalah ekspor koi, tanamana obat, cengkeh, dan buah-buahan tahunan. Sementara jika dibandingkan secara year on year ekspor pertanian naik 13,91 persen.

"Cukup besar dan di sana beberapa ekspor pertanian yang naik secara year on year diantaranya adalah sarang burung, tanaman obat aromatik, hasil hutan bukan kayu lainnya dan satu lagi adlaah mutiara dari hasil budidaya,

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Industri Pengolahan

Untuk industri pengolahan, secara month to month mengalami penurunan 7,15 persen. Itu terjadi karena ada penurunan ekspor untuk besi baja, minyak kelapa sawit, barang perhiasan, barang berharga, dan televisi. Sementara jika dibandingkan secara year on year eksor dari industri pengolahan mengalami kenaikan sebesar 11,72 persen.

"Karena didorong oleh naiknya ekspor minyak kelapa sawit, besi baja, kimia dasar organik yang bersumber dari pertanian, dan satu lagi televisi dan perlengkapan televisi," jelasnya.

Kemudian untuk sektor pertambangan dan lainnya, secara bulan ke bulan mengalami kontraksi 3,81 persen. Sedankan secara tahunan mengalami peningkatan cukup menggembirakan sebesar 16,92 persen.

"Secara year on year ekspor hasil pertambangan naik cukup besar adalah ekspor biji tembaga, likuid dan batu krikil," katanya.

 Berdasarkan struktur ekspor Januari 2021 tidak banyak berubah. Di mana 94,22 persenya itu adalah disumbang berasal dari nonmigas. Dengan catatan ekpor dari sektor industri masih mendominasi dengan kontribusi sebesar 78,36 persen.

 

3 dari 3 halaman

Negara Tujuan

Sementara menurut negara tujuan, secara month to month ekspor Indonesia ke Thailand pada Januari 2021 meningkat USD 60,4 juta. Komonitas utama adalah tembaga dan barang-barang dari tembaga, logam mulia, perhiasan dan permata, hingga besi dan baja.

Kemudian ekspor Indonesia ke Myanmar, Ukraina, Mesir dan Spanyol juga mengalami peningkatan. Masing-masing adalah USD 38,2 juta, USD 34,9 juta, USD 32,0 juta.

Sebaliknya ekpor ke India pada Januari 2021 turun cukup dalam sebesar USD 315,4 juta. Adapun barang-barang yang di ekspor ke India utamanya adalah biji dan abu logam, disusul oleh lemak dan minyak hewan nabati.

Kemudian penurunan lainnya juga diikuti ke negara tujuan, Tingkok, Amerika Serikat, Malaysia dan Tawian. Di mana masing-masing penurunannya adalah USD 268,8 juta, USD 193,9 juta, USD 121,3 juta dan USD 106,4 juta.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.