Sukses

Cetak Rekor, Harga Minyak Naik dalam 8 Hari Berturut-turut

Minyak mentah Brent menetap naik USD 38 sen atau 0,6 persen ke level USD 61,47 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta), memperpanjang reli untuk hari ke-9. Ini menjadi kenaikan beruntun terpanjang dalam 2 tahun.

Lonjakan harga minyak didukung oleh pengurangan pasokan produsen dan harapan peluncuran vaksin Covid-19 akan mendorong pemulihan permintaan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (11/2/2021), persediaan minyak mentah AS turun tak terduga dalam minggu ini, turun 6,6 juta barel menurut Administrasi Informasi Energi.

Minyak mentah Brent menetap naik USD 38 sen atau 0,6 persen ke level USD 61,47 per barel setelah menyentuh tertinggi dalam 13 bulan di level USD 61,61 di awal sesi perdagangan.

Sedangkan harga minyak mentah AS menetap naik 32 sen atau 0,55 persen lebih tinggi pada level USD 58,68 per barel, setelah menyentuh USD 58,76, yang menjadi level tertinggi dalam 13 bulan.

“Kombinasi aktivitas penyulingan yang lebih tinggi dan impor yang lebih rendah menghasilkan penarikan persediaan minyak keempat berturut-turut, dan penurunan yang tebal pada saat itu,” kata Matt Smith, Direktur Penelitian Komoditas di ClipperData.

Harga minyak patokan Brent kini telah naik selama sembilan sesi berturut-turut, periode kenaikan terpanjang sejak Desember 2018 hingga Januari 2019.

Ini adalah kenaikan harian ke-8 untuk minyak mentah AS. Beberapa analis mengatakan harga telah bergerak terlalu jauh di depan fundamental yang mendasarinya.

“Tingkat harga saat ini lebih sehat daripada pasar sebenarnya dan sepenuhnya bergantung pada pengurangan pasokan, karena permintaan masih perlu pulih,” kata Bjornar Tonhaugen dari Rystad Energy.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Program Vaksinasi

Harga minyak mentah telah melonjak sejak November 2020 karena pemerintah memulai program vaksinasi untuk COVID-19 sambil memberlakukan paket stimulus besar untuk meningkatkan aktivitas ekonomi, dan produsen top dunia membatasi pasokan.

Eksportir utama minyak, Arab Saudi, secara sepihak mengurangi pasokan pada bulan Februari dan Maret, melengkapi pemotongan yang disepakati oleh anggota lain dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+.

Beberapa analis memperkirakan pasokan akan menurunkan permintaan pada 2021 karena lebih banyak orang yang akan mendapatkan vaksinasi dan mulai melakukan perjalanan dan bekerja di kantor.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.