Sukses

Menko Airlangga: Sinyal Positif Pemulihan Ekonomi Terlihat di Kuartal IV 2020

Intervensi yang dilakukan pemerintah dalam rangka penanganan covid dan pemulihan ekonomi nasional berhasil meningkatkan konsumsi pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 menunjukan sinyal positif menuju pemulihan. menurutnya, hal ini terjadi karena adanya intervensi pemerintah.

"Saya ingin menyampaikan bahwa kita lihat secara year on year perekonomian Indonesia terkontraksi sebesar minus 2,07 persen di 2020. Kita melihat sinyal positif pemulihan ekonomi sudah terlihat di triwulan ke IV," jelasnya dalam video conference di Jakarta, Jumat (5/2/2021).

"Tentu ini akan terus diperhatikan perbaikan ini tentu tidak lepas dari intervensi yang dilakukan oleh pemerintah," tambah dia.

Intervensi yang dilakukan pemerintah dalam rangka penanganan covid dan pemulihan ekonomi nasional berhasil meningkatkan konsumsi pemerintah yang mencapai 1,76 persen secaya year on year.

Sementara realisasi program penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi mencapai sebesar Rp579,8 triliun dan atau 94,6 persen dari APBN 2020.

"Dan tentunya Ini meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk konsumsi sehingga konsumsi rumah tangga terkontraksi sebesar minus 3,61 secara year on year dan tumbuh positif secara 0,49 persen secara kuartal per kuartal dibandingkan triwulan sebelumnya," jelas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ekonomi Indonesia Minus 2,07 Persen di 2020, Terburuk Pasca Krisis 1998

Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 2,07 persen sepanjang 2020. Ini akibat pertumbuhan negatif pada tiga kuartal akhir beruntun yang menyebabkan Indonesia masih terpuruk di jurang resesi.

"Pertumbuhan ekonomi kita secara kumulatif pada 2020 mengalami kontraksi 2,07 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto dalam sesi teleconference, Jumat (5/2/2021).

 

Catatan tersebut menjadikan Indonesia pada 2020 mengalami pertumbuhan ekonomi terburuk pasca krisis moneter 1998. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 13,1 persen.

Adapun pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi pertama kalinya sejak krisis 1998 disebabkan oleh penurunan aktivitas selama pandemi Covid-19. Hal itu membuat produktivitas dari sisi produksi pada beberapa sektor mengalami penurunan.

BPS melaporkan adanya tiga sektor yang secara pertumbuhan pada kuartal VI 2020 anjlok atau lebih kecil dibanding triwulan sebelumnya, yakni industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan.

Sektor pertanian terpantau tetap tumbuh 1,75 persen di kuartal IV 2020 karena adanya peningkatan produksi palawija dan hortikultura. Namun capaiannya turun dibanding triwulan sebelumnya. Ini disebabkan karena faktor cuaca atau adanya pergantian musim.

"Misalnya saja yang paling nyata karena masalah musiman untuk sektor pertanian, dimana puncak musim panennya sudah jatuh di triwulan II dan III, dan triwulan IV mengalami penurunan sehingga kontraksi," jelas Suhariyanto.

Sementara untuk sektor industri pengolahan memang terkontraksi minus 2,93 persen. Itu tercermin dari produksi LNG yang minus 6,63 persen, mobil minus 46,37 persen, sepeda motor minus 40,21 persen, dan semen minus 9,26 persen.

Senada, sektor perdagangan juga terkontraksi minus 3,72 persen. Itu disebabkan oleh penjualan mobil wholesale minus 48,35 persen, penjualan sepeda motor minus 43,57 persen, indeks penjualan riil suku cadang minus 23 persen, dan indeks ritel minus 12,03 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.