Sukses

Gerakan Wakaf Uang Bikin Masyarakat Kaget, Kenapa?

Pengamat menilai langkah pemerintah mendorong gerakan wakaf uang, justru terkesan dimanfaatkan oleh pemerintah sendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan menyoroti komunikasi publik yang dibangun pemerintah dalam upaya gerakan nasional wakaf uang. Dia menilai, langkah pemerintah mendorong gerakan wakaf itu, justru terkesan dimanfaatkan oleh pemerintah sendiri.

"Kita lihat bahwa peluncuran dari gerakan nasional ini membuat masyarakat langsung tersentak. Karena di dalam peluncuran ini terkesan pemerintah lagi meghimpun dana untuk infrastruktur," kata dia kata dia dalam diskusi secara virtual, ditulis Kamis (4/2).

Di samping itu, dia juga menyoroti peran serta dukungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam gerakan wakaf uang. Apalagi kementerian yang dipimpin oleh Erick Thohir itu menargetkan sekitar Rp 80 miliar dana wakaf uang.

"Kalau kementerian menghimpun uang dikemanakan atau dikasihkan kemana ini menjadi satu polemik bahwa pemerintah yang menghimpun," kata dia.

Sebab itu, dia menyayangkan komunikasi publik yang dibangun oleh pemerintah. Mengingat, sebagian besar pesan diterima oleh masyarakat bahwa dana wakaf itu akan lari ke kantong negara.

Padahal jelas, di dalam Undang-Undang sendiri pendapatan negara terdiri dari tiga. Pertama pajak, kedua penerimaan negara bukan pajak, dan ketiga dari dana hibah.

"Apakah ini hibah kalau diliat tidak mungkin juga," imbuh dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Uang Wakaf Dijamin Tak Sepeser pun Masuk Kantong Negara

Ketua Badan Wakaf Indonesia M Nuh mengatakan, hingga kini tidak seperserpun uang wakaf digunakan untuk pembangunan negara. Hal tersebut menampik berbagai kekhawatiran bahwa wakaf masuk ke kas negara.

"Jadi kami ingin menegaskan, tidak ada sepeser pun uang wakaf itu masuk ke pemerintahan atau kas negara, atau Kementerian Keuangan, itu sama sekali tidak benar," ujarnya dalam diskusi daring, Jakarta, Jumat (29/1).

Munculnya kekhawatiran terhadap wakaf karena adanya pernyataan pemerintah mengenai Gerakan Nasional Wakaf Uang (GWNU) baru-baru ini. Padahal sebenarnya, kata M Nuh, gerakan ini sudah ada sejak 2010.

"Ini pekerjaan lama, sudah ada wakaf uang, sejak 2010. Ini akan terus menerus karena manfaatnya sungguh luar biasa. Khususnya untuk mengurangi gap kemiskinan, itu menjadi project utama kita. Ini juga akan dilaksanakan berdasarkan porject based," jelasnya.

M Nuh menjelaskan, GNWU sesuai dengan aturan dan kaidah diperwakafan, itu masuknya tidak kemana-mana, tentu ke nadzir. Karena uang dari wakif, transaksinya, akadnya dengan nadzir. Itu harus dijelaskan siapa penerima manfaatnya.

"Nadzir mengelola dengan baik, karena wakaf uangnya tidak boleh hilang. Oleh karenanya nadzir punya tanggung jawab agar itu memiliki hasil. Nah hasil itu digunakan untuk membangun rumah sakit dan lain lain," paparnya.

Perbedaan Wakaf dan Infaq

M Nuh menambahkan, wakaf dan infaq memiliki perbedaan. Infaq merupakan sedekah yang boleh dibagikan secara langsung. Sementara wakaf tidak boleh dibagikan secara langsung.

"Bedanya dengan zakat, infaq sedakah, uang ini boleh langsung dibagikan, tapi kalau wakaf tidak boleh melainkan harus diolah uang tersebut dan hasilnya baru bisa dipakai," jelasnya.

Adapun Wakaf dikumpulkan oleh nadzir. Di mana di Indonesia terdapat banyak nadzir yanh sudah diakui keberadaannya dan operasionalnya. Dengan demikian, bisa dipilih kepada siapa wakaf diserahkan.

"Ini semua masuk di nadzir dan jumlahnya sangat banyak, mulai dari BWI, Dompet Dhuafa, ACT, Rumah Zakat, Lazisnu, Lazismu, banyak sekali. Ke siapapun boleh asal nadir itu certified dari BWI," tandasnya.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.