Sukses

Indonesia Kalah dari China Antisipasi Gejolak Bahan Pangan Global

Masalah pangan di awal tahun 2021 bisa diantisipasi dengan melakukan kontrak jangka panjang dengan negara-negara mitra impor.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan, masalah pangan di awal tahun 2021 bisa diantisipasi dengan melakukan kontrak jangka panjang dengan negara-negara mitra impor.

“Menurut saya seharusnya Pemerintah punya kontrak melalui asosiasi. Memang selama ini asosiasi yang melakukan kontrak dengan jangka  1-2 tahun dan asosiasi harus menguatkan barisan agar bisa melakukan pembelian dalam jangka waktu lama,” kata Tauhid saat dihubungi oleh Liputan6.com, Senin (1/2/2021).

Tauhid menjelaskan, biasanya kontrak impor pangan itu dilakukan 3-4 bulan sebelumnya. Seperti yang dilakukan China yang sudah memborong kedelai di pasar global.

“Mereka tahu disaat seperti ini, kondisi global tidak menentu akan ada kelangkaan atau masalah di sektor transportasinya baik di pelabuhan dan lainnya karena ada Covid-19. Sehingga tiap negara menyetok kebutuhan impornya lebih banyak,” katanya.

Lebih lanjut, terkait berbagai masalah komoditi pangan di Indonesia, mulai dari kenaikan harga kedelai dan daging sapi, berujung pada keterbatasan stok di pasar. Tauhid menilai permintaan sudah mulai pulih meskipun masih ada sedikit masalah terkait stok pangan.

Misalnya, masalah harga daging sapi yang naik. Hal in tanda ada sedikit pemulihan, namun belum pulih total. Maka untuk daging sapi seharusnya tidak menjadi masalah, kata Tauhid. Karena jika stok kurang, Pemerintah seharusnya cepat melakukan impor.

“Menurut saya ada antisipasi terhadap perubahan kebutuhan pangan domestik harusnya cepat, tapi ini terlambat. Kalau pengadaan dari luarkan, wewenangnya dari Kementerian Perdagangan dan rekomendasinya dari Kementerian Pertanian,” ungkap Tauhid.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Bahan Pangan Naik, Pemerintah Diminta Operasi Pasar

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad, meminta agar Pemerintah segera melakukan operasi pasar untuk mencegah terjadinya inflasi yang berkelanjutan.

“Untuk mengantisipasi pangan ini Pemerintah harus cepat melakukan operasi pasar, karena kalau harga pangan itu sensitif terhadap inflasi. Kalau inflasi terlalu tinggi kasian orang-orang dibawah akan mengurangi kebutuhannya,” kata Tauhid saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (31/1/2021).

Tauhid juga menilai, ketahanan pangan Indonesia akan terus mengalami gangguan. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor cuaca dan pencadangan pangan domestik yang kurang.

“Menurut saya sedikit terganggu, faktor utamanya adalah cuaca. Seharusnya Pemerintah bisa mengantisipasi akan terjadi masalah di daerah produsen,” ujarnya.

Sebab perubahan cuaca mempengaruhi produksi dan distribusi pangan kepada masyarakat sehingga menyebabkan komoditas seperti daging sapi, kedelai, cabai rawit merah menjadi mahal. Selain itu, faktor lainnya terkait pencadangan pangan domestik yang kurang.

“Memang Pemerintah harus bisa mengantisipasi perubahan pencadangan pangan domestik dengan melihat suplai dari global yang semakin tidak pasti,” kata Tauhid.

Demikian Tauhid menegaskan, dari sisi ketahanan pangan akan mengalami gangguan-gangguan namun tidak terlalu banyak. Asal Pemerintah bisa mengantisipasi ketepatan waktu kapan harus impor.

“Kalau lambat maka harga akan naik. Impor memang pilihan terakhir jika produksi terganggu, tapi jangan sampai terlambat. Sehingga petani tidak dapat untung dan pembeli terimbas harga yang mahal,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.