Sukses

BRI Cetak Laba Rp 18,66 T dan Aset Tembus Rp 1.511,81 T di Tengah Pandemi 2020

BRI berhasil menorehkan kinerja positif sepanjang tahun 2020 yang notabene merupakan tahun terberat dan tersulit imbas pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil menorehkan kinerja positif sepanjang tahun 2020 yang notabene merupakan tahun terberat dan tersulit imbas pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia.

Dalam Pemaparan Kinerja Keuangan Triwulan IV Tahun 2020 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang berlangsung secara virtual, Jumat (29/1/2021) dengan tema " Tahun Terberat Telah lewat, BRI Semakin Sehat dan Kuat", Direktur Utama Bank BRI Sunarso menyampaikan bahwa laba perseroan sepanjang tahun 2020 sebesar Rp 18,66 triliun dengan dana pencadangan mencapai 237,73 persen dan total aset BRI Group menembus Rp 1.511,81 triliun.

"Untuk pertama kalinya aset BRI Group tembus di atas Rp 1500 triliun, tepatnya adalah Rp 1,511,81 triliun. Artinya, aset tersebut mengalami pertumbuhan yang positif, kualitasnya dijaga dengan sehat dan menghasilkan profitabilitas yang juga sehat. Aset yang sehat dan mampu tumbuh positif, namun dengan nominal pencadangan yang  besar, BRI Group mampu membukukan laba positif sebesar Rp18,66 triliun," ujar Dirut BRI Sunarso.

Keberhasilan BRI Group mencatatkan aset dan laba positif diiringi dengan capaian positif di aspek perkreditan, non performing loan (NPL), dana pihak ketiga, dana murah atau Current Account and Saving Account (CASA), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Cash Deposit Ratio (CDR). Menariknya saham Bank BRI (BBRI) juga berhasil mencatatkan rekor tertinggi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

Aspek Perkreditan BRI

Sampai akhir quarter 4 tahun 2020, BRI Group telah menyalurkan kredit sebesar Ro 938,37 triliun, atau tumbuh sekitar 3,89 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 lalu yakni kredit BRI Group  adalah Rp 903,2 triliun,

"Pencapaian ini merupakan wujud komitmen BRI Group menjalankan counter cyclical melalui fungsi agent of development dimana terlihat dari penyaluran kredit yang tetap tumbuh positif meskipun ekonomi nasional terkontraksi," jelas Sunarso.

Penyokong utama pertumbuhan kredit BRI adalah segmen mikro, kecil dan menengah. Penyaluran kredit mikro tumbuh double digit sebesar 14,18 persen secara year on year. Sedangkan, kredit kecil menengah tumbuh 3,88 persen dibandingkan posisi akhir Desember tahun 2019.

Komposisi kredit BRI sendiri meningkat secara signifikan. Tahun 2019, porsi UMKM baru 79 persen terhadap total kredit BRI namun di tahun 2020 porsi UMKM telah mencapai 82,13 persen.

"Dengan porsi kredit UMKM tersebut, maka tantangan adalah mencari sumber pertumbuhan baru di dua area.  Pertama adalah nasabah-nasabah existing kita naik kelaskan melalui program inisiatif yang terstruktur dan kita monitor. Segmen yang lebih kecil dari mikro yang kita sebut ultra mikro," kata Sunarso.

 

3 dari 8 halaman

Dana Pencadangan

Pertumbuhan BRI diiringi dengan perbaikan kualitas kredit yang sehat dan terjaga. Hingga akhir Desember 2020, NPL BRI tercatat 2,99 persen dengan biaya pencadangan untuk mengcover NPL sampai mencapai 237,73 persen.

"Besarnya cadangan ini merupakan bentuk strategi perseroan untuk menjaga kinerja agar terus tumbuh secara sustainable sehingga apabila dikemudian hari masih harus menghadapi ketidakpastian dan mungkin pemburukan di berbagai aspek, maka kinerja perusahaan akan tetap terjaga karena kita sudah mencadangkan lebih dari cukup terhadap resiko-resiko yang mungkin timbul," jelas Sunarso.

4 dari 8 halaman

Aspek Pendanaan

Dana pihak ketiga BRI hingga kuartal 4 tahun 2020 mencapai Rp 1.021,21 triliun atau naik 9,78 persen. Dari total dana tersebut di dalamnya termasuk dana murah atau CASA masih mendominasi portofolio BRI dengan rasio CASA mencapai 59,67 persen dari total dana pihak ketiga. Nominal CASA mencapai Rp 668,93 triliun, sementara nominal non CASA mencapai Rp 452,18 triliun.

 

5 dari 8 halaman

Aset BRI Group

Kuatnya fundamental tersebut, maka aset BRI mampu tumbuh. Untuk pertama kalinya aset BRI Group tembus di atas Rp 1.500 triliun, tepatnya adalah Rp 1.511,81 triliun. Aset yang sehat dan mampu tumbuh positif, membuat BRI membukukan laba Rp 18,66 triliun.

"Kalau dibandingkan tahun 2019 memang mengalami penurunan. Bahkan ada satu bulan, tidak membukukan laba sama sekali ketika mengalokasikan seluruh resources kita untuk merestrukturisasi dan melakukan penyelamatan terhadap nasabah utama BRI yakni UMKM.

Di triwulan 3 ke 4 pertumbuhan laba sangat signifikan, dimana laba tumbuh 14,02 persen," ujar Sunarso.

 

6 dari 8 halaman

Rasio LDR dan CDR

Kondisi permodalan BRI semakin kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) 21,17 persen sehingga mampu menyediakan ruang, tumbuh secara sustainable dan dapat memberikan deviden kepada pemegangan saham.

"Tahun ini, BRI optimis kredit tumbuh di atas rata-rata industri nasional dengan faktor pendukung yakni LDR di level 83,70 persen serta sejalan dengan daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga yang menjadi faktor utama pendorong permintaan kredit," tutur Sunarso.

7 dari 8 halaman

Saham BBRI Pecah Rekor

Harga saham BBRI yang telah melewati harga sebelum pandemi dan berhasil menembus harga tertinggi yakni Rp 603,06 triliun. Kenaikan harga saham tersebut menjadikan BRI sebagai emiten BUMN pertama yang kapitalisasi pasarnya menembus angka Rp 603,06 triliun pada tanggal 20 Januari 2021.

8 dari 8 halaman

Raih 70 Penghargaan Bergengsi di 2020

Atas kinerja-kinerja merancang strategi respon terhadap challenge yang timbul dari lingkungan bisnis yang sangat berubah, BRI pun mendapatkan sejumlah penghargaan baik dari tingkat nasional, regional dan internasional. BRI tercatat mendapatkan lebih dari 70 penghargaan bergengsi di sepanjang tahun 2020.

Dengan kondisi fundamental yang sehat dan kuat ini, Sunarso semakin optimis BRI bisa memberikan dan mendeliver value kepada seluruh stakeholder dengan tetap menjadi mitra utama pemerintah dalam upaya membangkitkan perekonomian nasional.

Di akhir pemaparannya, Sunarso menegaskan bahwa "BRI fokusnya kepada bisnis mikro, namun memberi dampak makro terhadap perekonomian Indonesia".

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini