Sukses

Sektor Pertambangan jadi Jantung Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Timur Indonesia

Selama pandemi Covid-19, perekonomian di kawasan Indonesia Timur dinilai memiliki daya tahan.

Liputan6.com, Jakarta - Selama pandemi Covid-19, perekonomian di kawasan Indonesia Timur dinilai memiliki daya tahan. Ketahanan perekonomian di kawasan tersebut ditopang potensi sumber daya alam dan peningkatan nilai tambah dari industri pertambangan.

"Perekonomian di kawasan timur mampu bertahan didukung oleh kinerja ekspor yang bernilai tambah," tulis Bank Indonesia dalam Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2020 yang diluncurkan pada Rabu, (27/1).

Kawasan Timur Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam yang kaya akan barang-barang tambang, seperti nikel dan tembaga. Dalam beberapa tahun terakhir, kawasan ini mampu meningkatkan nilai tambah dari komoditas tambangnya menjadi barang manufaktur yang bernilai tambah.

Sebagai contoh, nikel telah berhasil diolah menjadi produk industri logam dasar, terutama besi baja. Selain itu, peningkatan nilai tambah ekspor juga dilakukan dengan penanaman modal asing yang menjadi bagian dari rantai pasokan global (global value chain).

Reformasi struktural yang dilakukan telah membantu komoditas ekspor dari kawasan ini tetap berdaya saing. Hal ini sesuai dengan kebutuhan negara penanam modal.

Keterkaitan komoditas ekspor dengan rantai produksi global dan strategi penanaman modal juga menyebabkan hasil ekspor memiliki kepastian permintaan dari negara asal investor. Sehingga berdampak pada kesinambungan investasi dalam jangka panjang.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Erick Thohir soal Akuisisi Saham Vale: Penting untuk Hilirisasi Industri Pertambangan

Mining Industri Indonesia (MIND ID) telah menuntaskan transaksi pembelian 20 persen saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk (PT VI) yang dimiliki Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM) sebagai pemegang saham mayoritas.

VCL telah melepas sahamnya sebesar 14,9 persen dan SMM sebesar 5,1 persen seharga Rp 2.780 per lembar saham, atau senilai total Rp 5,52 triliun.

Dengan selesainya transaksi ini, kepemilikan saham di PTVI berubah menjadi Vale Group 44,34 persen, MIND ID 20,00 persen, SMM 15,03 persen, Sumitomo Corporation 0,14 persen, dan publik 20,49 persen.

"Dengan transaksi ini, kami berhasil menambah lagi kepemilikan negara di sektor pertambangan,” ujar Menteri Badan Usaha MIlik Negara (BUMN), Erick Thohir dalam keterangan resmi, Kamis (8/10/2020).

Transaksi ini merupakan langkah konkret setelah pada Juni lalu, para pihak telah menandatangani perjanjian jual beli saham (shares purchase agreement). Indonesia selama ini dikenal sebagai produsen dan eksportir nikel, bahan baku utama EV Battery, terbesar dunia yang menguasai 27 persen kebutuhan pasar global.

Dengan menjadi pemegang saham terbesar kedua, MIND ID akan memiliki akses strategis untuk mengamankan pasokan bahan baku untuk industri hilir nikel Indonesia. Baik untuk hilirisasi industri nikel menjadi stainless steel, maupun menjadi baterai kendaraan listrik.

“Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Sehingga transaksi saham Vale Indonesia menjadi bagian penting dalam hilirisasi industri pertambangan nasional yang punya peran strategis dalam industri nikel global. Ini juga langkah bagus untuk memperkuat value chain di Indonesia, serta pengembangan industri baterai untuk mobil listrik sebagai bagian proses transformasi sistem energi," ujar Menteri Erick Thohir.

Kedepannya, MIND ID akan fokus terhadap nikel sebagai core business dengan membangun ekosistem pengembangan industri jenis mineral demi hilirisasi produk dalam negeri serta membuka peluang untuk bekerjasama.

Sebelumnya, MIND ID telah merencanakan pembangunan pabrik lithium-ion di dekat dua tambang nikel milik PT Antam di Tanjung Buli, Halmahera Timur dan di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara agar bisa berkompetisi di pasar EV Battery dunia yang 27,9 persen dikuasai China. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.