Sukses

Menteri ESDM Tekanan Pemanfaatan Biodiesel Saat Hadiri IRENA

Saat ini Pemerintah tengah menyusun rencana strategi pengembangan biodiesel melalui mandatori B30 dan B40.

Liputan6.com, Jakarta Peran biodiesel dalam memperkuat ketahanan energi nasional sangat penting. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, saat menghadiri IRENA 11th Session Assembly pada sesi Renewables and Pathway to Carbon Neutrality-Innovation, Green Hydrogen and Socioeconomic Policies secara virtual, pada Rabu (20/1).

Saat ini, Pemerintah tengah menyusun rencana strategi pengembangan biodiesel melalui mandatori B30 dan B40. Program tersebut akan dimonitor dan dievaluasi secara berkala dengan memfasilitasi terjadinya debottlenecking, meningkatkan infrastruktur pendukung serta memastikan insentif tetap berjalan.

"Implementasi program B40 dan B50 saat ini sedang dalam tahap pengkajian komprehensif mengenai komposisi campurannya, evaluasi ekonomi yang juga mencakup kesiapan, bahan baku dan infrastruktur pendukungnya. Uji jalan B40 akan dilanjutkan dengan uji coba pada pembangkit listrik tenaga diesel yang sudah ada," kata Arifin.

Terkait upaya peningkatan penyediaan bahan baku biodiesel, Arifin mengungkapkan Pemerintah Indonesia tengah berupaya mengembangkan berbagai bahan baku dari sumber daya alam domestik lainnya sebagai pengganti kelapa sawit. Pengembangan ini disertai dengan meminimalkan pembukaan lahan/hutan.

"Kementerian ESDM bekerja sama dengan stakeholders terkait untuk menggunakan lahan reklamasi/pasca tambang dan mengupayakan tanaman yang cocok berdasarkan kondisi lahan dan iklim," jelasnya.

Hingga tahun 2020, realisasi pemanfaatan biodiesel untuk kebutuhan domestik sebesar 8,46 juta kiloliter. Pemanfaatan biodiesel ini berdampak pada penghematan devisa sebesar Rp38,31 triliun berdasarkan perhitungan menggunakan rata-rata MOPS solar 2020 sebesar USD50/BBL dengan kurs Rp14.400 per dolar Amerika Serikat.

Di samping menekankan pemanfaatkan biodiesel, Arifin juga menyampaikan beberapa inovasi Indonesia menuju neutralitas karbon melalui co-firing PLTU, pemanfaatan Refuse Derived Fuel (RDF), penggantian diesel dengan pembangkit listrik energi terbarukan termasukan yang berbasis hayati, pemanfaatan non listrik/non biufuel seperti briket, dan pengeringan hasil pertanian dan biogas.

Pemerintah bersama BUMN (Pertamina) tengah mengembangkan Green Refineries untuk memproduksi Green Diesel, Green Gasoline dan Green Avtur. Arifin menuturkan pada Juli 2020 lalu Pertamina telah memproduksi D100 di kilang yang terletak di Sumatera dengan kapasitas awal 1.000 barel per hari.

Di sisi lain, Pemerintah akan menyiapkan dukungan regulasi, insentif dan infrastruktur pendukung, termasuk mendorong pengembangan industri pendukung. Di samping pengembangan CPO Hidrogenasi; Demo Pabrik Mandiri Diesel Hijau juga tengah dalam tahap pengembangan yang diharapkan dapat diuji coba dan diuji produknya pada Desember 2021 mendatang.

Sebagai informasi, IRENA adalah badan internasional yang berupaya untuk melaksanakan mitigasi perubahan iklim melalui pemanfaatan energi yang ramah lingkungan. Tujuan pendirian IRENA adalah untuk membantu pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan secara luas melalui kegiatan-kegiatan yang konkrit.

Indonesia telah secara resmi ditetapkan menjadi anggota IRENA pada tanggal 7 September 2014 setelah sebelumnya meratifikasi Statuta IRENA melalui Peraturan Presiden RI Nomor 62 Tahun 2014 tentang Pengesahan Statute of the International Renewable Energy Agency (Statuta Badan Energi Terbarukan Internasional).

Keanggotaan Indonesia pada IRENA dapat mendukung upaya Pemerintah dalam pengembangan EBTKE sesuai target pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang telah ditetapkan.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini