Sukses

Induk Koperasi Kredit Catat Aset Rp 30 Triliun di Desember 2020

Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) mencatat total anggota sebanyak 3,4 juta hingga Desember 2020.

Liputan6.com, Jakarta Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) mencatat nilai aset sebesar Rp 30 triliun dengan total anggota sebanyak 3,4 juta hingga Desember 2020.

Ketua Pengurus Inkopdit Djoko Susilo membeberkan, gerakan koperasi kredit yang dia dan timnya inisiasi dari bawah telah berhasil mengumpulkan aset dari anggotanya, masyarakat kelas bawah, hingga menjadi koperasi yang diandalkan bagi mereka.

"Total aset kami kalau disatukan Rp 30 triliun lebih, sesuatu yang dibangun dari kantong orang miskin. Ini jadi kebanggaan yang sudah kami mulai 50 tahun yang lalu," ujar Djoko dalam paparannya di konferensi pers virtual, Jumat (22/1/2021).

Djoko melanjutkan, 3,4 juta orang anggota tersebar di 870 koperasi kredit primer dan 34 pusat koperasi kredit.

Dirinya bercerita, sistem yang diimplementasikan di Inkopdit diadopasi dari koperasi yang dijalankan pemerintahan Jerman.

Menurutnya, koperasi untuk masyarakat menengah ke bawah harus memasukkan pelatihan dan pendampingan sebagai agenda utama.

"Menyelesaikan persoalan orang bawah tidak cukup dikasih bantuan. Harus diberdayakan, dikuatkan, dididik, didampingi supaya mereka bisa sadar akan potensi diri sendiri," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

MenkopUKM: Koperasi jadi Pendorong sektor Pertanian Maju

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan di banyak negara besar seperti Eropa, Australia dan negara lainnya, sektor pertanian dan peternakan maju karena menggunakan kelembagaan koperasi.

"Oleh karena itu, kami mendorong kelembagaan petani, peternak dan pembudidaya ikan, tidak lagi berjalan sendiri-sendiri. Melainkan berjalan bersama dengan cara membuat kelembagaan bisnis yang lebih besar dalam bentuk koperasi," kata MenkopUkM pada saat melakukan audiensi dengan Pemuda Tani HKTI secara daring, Rabu (13/1/2021).

Selain itu, kata MenkopUkM, produk pertanian yang dibuat harus sesuai dengan keinginan pasar. Sehingga, produk yang diciptakan menjadi ekonomis dan efisien.

"Kita punya komoditas yang dilirik negara lain, yakni buah tropic seperti pisang, manggis, nanas, dan buah lainnya yang harus kita kembangkan. Kita harus fokus disitu agar potensi seperti ini dapat kita kembangkan,” ujarnya.

Disamping itu, perlu adanya konsolidasi lahan petani dengan cara diajak bergabung ke dalam koperasi sehingga tercipta konsep lahan rakyat. Terciptanya konsep lahan rakyat, menjadi suatu gagasan yang cukup bagus.

Jika model seperti ini sudah terkonsolidasi untuk lahan padi sebesar 100 hektar, jagung 100 hektar dan buah tropic mencapai 400 hektar, dapat memudahkan pembiayaan untuk masuk, seperti program KUR untuk si petaninya.

"Koperasi juga dapat menjadi avalis dan offtaker bagi petani. Koperasi dapat menyerap produk petani terlebih dahulu, lalu menjual kembali kepada buyer atau market yang lebih luas lagi," jelas Teten Masduki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.