Sukses

200 Ribu Orang Ingin ke Bali, Menko Luhut Langsung Batasi

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan keinginan masyarakat untuk berwisata cukup tinggi

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan keinginan masyarakat untuk berwisata cukup tinggi, salah satunya ke Bali. Pergerakan orang yang akan berwisata saat ini sudah mencapai 85 persen.

"Wisata dalam negeri ini hampir 85 persen dan akan kita kontrol itu," kata Luhut di Danau Toba, Sumatera Utara, Jumat (18/12/2020).

Namun tingginya minat orang berwisata ini perlu diantisipasi. Sebab, bila tidak dikontrol laju pertumbuhannya, ancaman mengabaikan protokol kesehatan di depan mata.

"Semua sekarang kita lagi mau kurangi. Jangan terlalu cepat, kalau terlalu dibuka nanti tidak ada disiplin," kata dia.

Bila tidak dikontrol, Luhut khawatir kasus baru Covid-19 kembali naik. Luhut menyebut, perjalanan wisata menuju Bali saat ini sudah lebih dari 200 ribu orang dalam 10 hari mendatang.

Untuk itu, pemerintah memberikan pengetatan agar tidak terjadi lonjakan kasus baru dari kluster pariwisata. "Kemarin yang mau ke bali itu lebih 200 ribu orang selama 10 hari. Sekaang kita ketatin sedikitlahh. Kalau enggak nanti gimana," tuturnya.

Apalagi, lanjut Luhut, angka kasus di Pulau Dewata itu masih tinggi. Bahkan relatif menunjukkan peningkatan.

"(Kasus Covid-19) Bali naik lagi, sekarang Bali ini relatif sangat naik," kata dia. .

 

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Liburan ke Pulau Dewata Wajib Tes PCR, Bali Bisa Rugi Rp 967 Miliar

Pariwisata Bali diperkirakan bisa merugi hingga Rp 967 miliar akibat pembatalan ratusan ribu tiket pesawat dan hotel. Pembatalan tersebut akibat kewajiban tes PCR (Polymerase Chain Reaction).

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyebutkan, sudah ada 133 ribu tiket pesawat dan hotel yang dibatalkan oleh wisatawan dalam periode libur Natal dan Tahun Baru 2020-2021.

"Sampai dengan tadi malam, terjadi permintaan refund dari pembeli tiket itu sampai 133.000 pax. Ini meningkat 10 kali lipat dibandingkan kondisi normal kalau orang meminta refund," ujar dia dalam acara Penandatangan Nota Kesepahaman AirAsia dan PHRI, Rabu (16/12/2020).

Hariyadi menambahkan, efek domino dari pembatalan tiket tersebut juga dirasakan oleh Online Travel Agency (OTA). Dimana nilai transaksi yang terdampak adalah Rp 317 miliar. Kondisi ini akhirnya berdampak buruk pula bagi ekonomi Bali.

"Kalau kita hitung lagi dampaknya pada ekonomi Bali itu keluar angkanya Rp 967 miliar. Jadi memang angka-angka ini perlu kita perhatikan," kata Hariyadi.

Hariyadi juga berharap agar pemerintah dapat mempertimbangkan aspek-aspek lain sebelum membuat kebijakan. Misalnya aspek ekonomi, di mana hingga kuartal III ini, ekonomi Bali minus sampai 12, 28 persen karena melewatkan momen libur pertengahan tahun dan nanti juga momen libur akhir tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.