Sukses

Tak Hanya untuk Kegiatan Militer, Drone Mestinya Bisa untuk Keperluan Logistik

Drone bisa digunakan macam pesawat berawak komersial biasa, tinggal bagaimana membentuk konsep regulasi.

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi pesawat udara tanpa awak atau yang lebih dikenal dengan nama drone, semula diperuntukkan untuk kebutuhan militer. Namun kini penggunaan drone telah berkembang ke area sipil untuk aktivitas bisnis dan hobi.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, teknologi drone di masa depan diproyeksikan menjadi game changer. Dimana penggunaannya menjadi lebih luas. Bahkan bisa digunakan sebagai transportasi logistik.

“Saat ini, penggunaan drone mungkin menjadi hal yang lumrah di sektor nonprofit dan komersial. Proyek ini disebut-sebut sebagai game changer, dimana penggunaannya nyaris tak terbatas,” ujar Budi Karya dalam webinar internasional mengenai drone, Kamis (17/11/2020).

Budi menuturkan, memang selalu ada tantangan dalam adaptasi teknologi baru. Seperti implementasi dan teknis lebih rinci dalam operasionalnya melalui regulasi.

Menurutnya, drone bisa digunakan macam pesawat berawak komersial biasa. Tinggal bagaimana membentuk konsep regulasi dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Misalnya, memberikan sertifikasi kepada maskapai penerbangan untuk mengoperasikan drone untuk mengangkut barang logistik.

"Peraturan tersebut adalah sertifikasi maskapai penerbangan untuk drone yang mengangkut barang. Nanti dilihat juga soal sertifikasi tipe, registrasi dan identifikasi, serta bagaimana membuat manajemen lalu lintasnya terintegrasi," jelas Budi Karya.

Informasi saja, dalam PM 47 tahun 2016, dijelaskan bahwa drone tidak boleh dioperasikan pada ketinggian lebih dari 150 meter (500 ft). Artinya penggunaan drone sebagai aktivitas bermain dan hobi hanya dibolehkan terbang di bawah 150 meter.

Adapun untuk aktivitas bisnis, jika ingin terbang di atas 150 meter harus mendaftarkan drone serta pilotnya dengan mengajukan ijin terbang ke Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Peneliti Kembangkan Drone Patroli Hutan untuk Pantau Perubahan Lingkungan

Para peneliti di Laboratorium Robotika Udara di Imperial College London (ICL) telah mengembangkan drone yang dapat menembakkan anak panah yang memuat sensor ke pepohonan di lingkungan tak teratur seperti hutan.

Drone ini juga dapat menempatkan sensor tersebut melalui kontak atau dengan bertengger di dahan pohon.

Para peneliti berharap drone ini akan digunakan di masa depan untuk membuat jaringan sensor guna meningkatkan data pada ekosistem hutan. Di samping itu, mereka meyakini langkah ini akan membantu melacak bioma yang sulit dinavigasi seperti hutan hujan Amazon.

Peneliti utama Profesor Mirko Kovac, Direktur Laboratorium Robotika Udara di ICL mengatakan, "Memantau ekosistem hutan bisa jadi sulit, tetapi drone kami dapat menggunakan seluruh jaringan sensor untuk meningkatkan jumlah dan ketepatan data lingkungan dan ekologis."

Kovac mengibaratkan drone ini sebagai penghuni buatan di hutan tersebut yang dapat membantu menjaga menjaga ekosistem dan menyediakan data penting untuk melindungi lingkungan.

Drone ini dilengkapi dengan kamera untuk membantu mengidentifikasi target yang sesuai dan material cerdas yang dapat berubah bentuk saat dipanaskan untuk meluncurkan anak panah, yang kemudian menempel di pepohonan.

Seperti burung, Drone ini juga dapat hinggap di cabang pepohonan untuk mengumpulkan data, bertindak sebagai sensor mobile.

3 dari 3 halaman

Uji Coba

Para peneliti telah menguji coba drone ini di Swiss Federal Laboratories for Materials Science and Technology dan di pepohonan di Silwood Park Campus ICL.

Untuk saat ini, drone tersebut masih dikendalikan oleh orang-orang dengan menggunakan unit kontrol. Melalui lensa kamera para peneliti melakukan pengamatan untuk memilih pohon target dan menembakkan anak panah.

Langkah selanjutnya adalah membuat drone ini menjadi otonomos, sehingga para peneliti dapat menguji bagaimana mereka bertahan di lingkungan hutan yang lebih padat tanpa panduan manusia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.