Sukses

Kolombia Tawari Indonesia Alih Fungsi Lahan Ganja jadi Sawit

Kolombia menawarkan Indonesia untuk menjadi investor industri kelapa sawit di negaranya

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian RI, Musdhalifah Machmud menyebut jika industri kelapa sawit kini mulai dilirik oleh berbagai negara.

Hal ini tak lepas dari kian meningkatnya konsumsi masyarakat global atas produk minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan turunannya.

"Kita lihat banyak negara mulai mengembangkan dan memperluas kelapa sawitnya, terutama setelah meningkatnya permintaan global akan CPO," ujar dia dalam webinar Masa Depan Sawit Indonesia di Pasar Uni Eropa Pasca Covid-19, Kamis (17/12).

Bahkan, menurut Musdhalifah, negara Kolombia kian agresif untuk mengajak pelaku industri sawit di tanah air agar melakukan investasi di negaranya.

"Seperti beberapa kali mengajak investor dari Indonesia untuk mengembangkan kelapa sawit disana," terangnya.

Tak hanya itu, negara yang terletak di Amerika Latin tersebut juga telah melakukan alih fungsi lahan ganja ke sawit.

"Sebagian lahan yang tadinya ditanami ganja di Kolombia itu mereka mengalihkan untuk mendorong ke perkebunan kelapa sawit," imbuh dia.

Musdhalifah menambahkan, saat ini demam industri kelapa sawit juga mulai melanda Benua Afrika saat. "Seperti di Ghana yag mulai mengembangkan kelapa sawit," jelas dia.

Sementara di Asia Tenggara, Thailand terus gencar untuk meningkatkan produksi industri sawit. "Saat ini Thailand sudah 5 persen kontribusinya terhadap global ya," tukasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wamendag Gencar Kampanye Positif Sawit Indonesia

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga berkomitmen untuk terus meningkatkan kampanye positif sawit Indonesia.

Perlu diketahui, sawit adalah komoditas yang sangat strategis bagi Indonesia. Dalam perspektif perdagangan luar negeri, Sawit memberikan kontribusi signifikan bagi ekspor Indonesia.

Pada tahun 2019, ekspor Kelapa Sawit, Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya (USD 21,79 miliar) menyumbang sebesar 12,1 persen terhadap total ekspor non-migas atau sebesar 11,2 persen terhadap total ekspor Indonesia.

Tahun ini, kontribusi sawit meningkat. Sepanjang periode bulan Januari–September 2020, ekspor Kelapa Sawit, CPO dan turunannya mencapai USD 14,05 miliar atau ber kontribusi terhadap ekspor non migas sebesar 12,63 persen.

Sawit juga merupakan sektor padat karya (labor intensive) sehingga membantu menciptakan banyak lapangan kerja. Saat ini, industri sawit menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 5,3 juta orang atau sejumlah 21,2 juta anggota keluarga yang hidup dari Sawit .

Paparan itu disampaikan Wamendag Jerry Sambuaga dalam Webinar Agroevaolution bertajuk Sustainable Palm Oil For Better Future.

Dalam konteks internasional pula, menurut Wamendag perdagangan sawit strategis bagi Indonesia karena bersama Malaysia, Indonesia adalah negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Peran besar Sawit Indonesia selama ini sering mendapatkan kampanye negatif di luar negeri. Oleh karena itu, Wamendag Jerry akan terus berkampanye positif mengenai sawit.

“Informasi mengenai sawit tidak berimbang, lebih banyak dibentuk oleh kampanye negatif. Ada beberapa hal yang tidak pas atau tidak mencerminkan realita dan peluang besar sawit itu sendiri. Karena itu, kami bertekad untuk terus lanjutkan kampanye positif agar informasi mengenai sawit lebih berimbang dan sawit tetap berperan sebagai industri strategis Indonesia,” kata Wamendag, Selasa (8/12/2020).

Menurut Wamendag, isu sentral yang sering dialamatkan ke industri sawit adalah isu lingkungan. Faktanya, sawit adalah industri minyak nabati yang paling efisien dibandingkan minyak nabati yang lain. Sebagai perbandingan, dalam penggunaan lahan, satu hektar sawit sama dengan 5-6 hektar bunga matahari yang saat dimanfaatkan sebagai minyak nabati di Eropa.

Selain itu, Indonesia juga sudah berkomitmen untuk menjaga hutannya. Banyak negara Eropa yang saat ini tinggal mempunyai tutupan hutan sebesar 11 persen, sementara Indonesia jauh lebih besar dari itu.

Menurut Jerry, komitmen lingkungan Indonesia juga terus diperbaharui dalam industri sawit. Indonesia punya standarisasi ISPO dan RSPO. Indonesia juga terus memenuhi standarisasi lingkungan di negara-negara tujuan.

“Fakta-fakta itu harus diinformasikan secara baik ke publik sehingga perspektif publik menjadi makin positif. Dan itu harus dilakukan secara massif ke berbagai segmen, baik pembuat kebijakan, kelompok pejuang lingkungan dan dunia pendidikan.” Tambah Jerry.

Dampak lingkungan kelapa sawit juga ada dalam peluang pengembangan energy hijau. Saat ini Indonesia tengah menjalankan program penggunaan biodiesel secara bertahap mulai dari B20, B30 hingga mencapai biodiesel secara keseluruhan. Dengan begitu diharapkan terjadi alih sumber energi secara massif dari energi tak terbarukan menjadi energi yang terbarukan.

Saat ini Indonesia tengah menghadapi gugatan biodiesel sawit dari Uni Eropa di WTO. Wamendag Jerry Sambuaga adalah pemimpin Tim Perundingan beberapa waktu lalu di Jenewa. Ia juga memimpin tim untuk melakukan pembicaraan intensif baik dengan parlemen Uni Eropa maupun negara-negara strategis di Eropa. Saat ini perkara sudah mulai masuk dalam tahap pembentukan panel. Melihat jalannya perkara di WTO, Jerry sangat optimis Indonesia menang.

“Landasan gugatan Uni eropa tak kuat. Itu sudah kita uji dalam sidang konsultasi Januari lalu. Jadi optimis kita akan menang di tingkat panel,” pungkas Jerry.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.