Sukses

Kembali Dapat Fasilitas Bebas Bea Masuk, RI Janji Borong Produk AS

Pemerintah menyambut baik perpanjangan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari United States Trade Representative (USTR) Amerika Serikat (AS)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyambut baik perpanjangan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari United States Trade Representative (USTR) Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia.

Duta Besar RI untuk AS Muhammad Lutfi menilai, perpanjangan fasilitas GSP ini menunjukkan tingginya kepercayaan Pemerintah AS terhadap berbagai perbaikan regulasi domestik Indonesia dalam rangka menciptakan iklim bisnis dan investasi yang lebih kondusif di tanah air.

“Tidak ada negara lain yang GSP-nya ditinjau ulang dan mendapatkan perpanjangan. Pada tahun 2021 saya pastikan bahwa Indonesia akan menjadi GSP terbesar, pengguna yang memiliki hak istimewa untuk berdagang. Dan ini adalah hal yang baik untuk Indonesia,” ujar Lutfi dalam dalam US-Indonesia Investment Summit ke-8, Kamis (10/12/2020).

Lufti juga menyatakan bahwa aktivitas bisnis kedua negara akan berlangsung secara adil. Artinya, jika Indonesia mengekspor produk ke Amerika, maka Indonesia juga akan membeli produk-produk dari AS.

“Jadi saya menyatakan bahwa jika kami ingin menjual lebih banyak maka Indonesia harus membeli lebih banyak. Dan ini merupakan komitmen kami atas perpanjangan GSP yang diterima Indonesia,” kata dia.

“Kami menjual lebih banyak, kami harus membeli lebih banyak. Inilah kenapa saya menyebut Amerika dan Indonesia sebagai the old new best friend,” sambung Lutfi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kinerja Perdagangan Indonesia-AS

Sebelumnya, American Chamber of Commerce (AmCham) Indonesia dan The U.S. Chamber menunjukkan bahwa selama bertahun-tahun, kinerja hubungan ekonomi Indonesia-AS tercatat buruk.

Misalnya, meskipun Indonesia memiliki ekonomi USD 1,1 triliun, ekspor AS ke Indonesia tahun lalu kurang dari USD 8 miliar, dan di bawah negara-negara yang jauh lebih kecil seperti Peru dan Republik Dominika.

Sementara impor AS dari Indonesia lebih besar, namun pada dasarnya tetap datar selama beberapa tahun terakhir. Bahkan di tengah ketegangan perdagangan AS-China, dimana seharusnya membuka peluang bagi Indonesia untuk memposisikan diri sebagai pemasok alternatif dan meningkatkan ekspornya ke AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.