Sukses

Wahai Pelaku Usaha Kecil, Berpikir Kritis Penting saat Ambil Keputusan Bisnis

Berpikir kritis bisa membantu para pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM) dan usaha lainnya dalam mengambil keputusan terkait bisnisnya.

Liputan6.com, Jakarta - Berpikir kritis (Critical thinking) merupakan keterampilan yang memungkinkan seseorang membuat keputusan yang logis, berdasarkan data yang didapat yang kemudian diolah sesuai kemampuan untuk dijadikan informasi.

Faculty Member Business Economics Universitas Prasetiya Mulya dan COO BE Corp Consulting Isti Budhi Setiawati, mengatakan critical thinking bisa membantu para pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM) dan usaha lainnya dalam mengambil keputusan terkait bisnisnya.

“Kenapa critical thinking itu penting dan thinking-thinking lainnya? Saya selalu ngomong thinking-thinking lainnya karena banyak sekali thinking ketika dikolaborasikan menjadi skill yang sangat powerfull dalam seseorang melaksanakan bisnisnya dan mengambil keputusan,” kata Isti dalam Talkshow Strategi Bisnis Kreatif bersama Kementerian Perindustrian, Kamis (3/12/2020).

Itulah kenapa critical thinking menjadi hal yang krusial di dalam menjalankan bisnis bagi pelaku IKM terutama untuk CEO-CEO atau pemilik bisnis atau orang-orang yang kreatif dalam memulai bisnis yang baru.

Kata Isti, sebenarnya yang penting dalam menjalankan bisnis itu ada 3, yakni analytical thinking, critical thinking, dan creative thinking. 3 hal itulah yang paling sering dipakai oleh entrepreneur dalam memulai dan menjalankan usahanya.

“Karena pertanyaan utamanya saya bisa apa dengan ini, dan apa yang bisa saya buat, tentunya analytical thinking itu penting untuk menciptakan sesuatu yang belum ada atau yang sudah ada kita modifikasi,” ujarnya.

Lanjut Isti, orang yang sudah tahu permasalahan mengenai bisnisnya melalui analytical thinking, kemudian dia akan muncul critical thinking. Di mana ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai bisnisnya.

Oleh karena itu, critical thinking dibutuhkan untuk memecahkan masalah selanjutnya. Misalnya Anda menganalisis produk apa yang belum ada, lalu tercetuslah cilok berwarna hijau karena belum ada yang menjual.

Selanjutnya dengan critical thinking Anda akan mencari tahu lebih lanjut bagaimana menciptakan cilok warna hijau dengan sawi misalnya. Tentunya Anda mencari tahu keunggulan dan manfaat sawi untuk kesehatan agar tidak membahayakan konsumen, dan bagaimana cara mengolah sawi agar memberikan warna yang bagus, dan lainnya.

Dengan begitu Anda dipaksa untuk berpikir kreatif (creative thinking). Menurut Isti dari 3 hal thinking itu saling dibutuhkan. “Critical thinking dengan creative thinking kalau digabung itu akan memberikan yang namanya problem solving, karena kita sudah kreatif dan tahu posisi kita ada dimana,” pungkasnya. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Data Mampu Dongkrak Bisnis IKM, Simak Cara Dapat dan Manfaatkan

Salah satu kunci sukses sebuah bisnis adalah memanfaatkan berbagai data dengan baik, agar bisa mengambil keputusan tepat. Data bisa menjadi salah satu strategi dalam mengelola bisnis agar kedepannya lebih berkembang lagi.

Lantas bagaimana cara mendapatkan data-data tersebut?

Head of Business Economics Program Universitas Prasetiya Mulya dan Co-founder and CEO of BE Corp Erica Novianti Lukas mengatakan, untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu bisnis ada dua jenis data, yakni data sekunder dan data primer.

“Data sekunder itu biasanya sudah dilakukan atau sudah di cari oleh pihak lain sehingga kita bisa langsung untuk mendapatkan data tersebut. Kalau kita cari-cari misalnya kebetulan kan saya di bisnis economi banyak menggunakan data-data dari BPS, data-data makro kemudian data mikro juga,” kata Erica dalam Talkshow Strategi Bisnis Kreatif bersama Kementerian Perindustrian, Kamis (3/12/2020).

Dengan begitu sebagai pelaku usaha IKM bisa mengetahui secara statistik bagaimana sebuah pasar tengah berkembang. Jika belum memiliki data yang dibutuhkan, para pengusaha IKM bisa mencari data dari survei yang telah dilakukan oleh pihak lain. Caranya dengan mencarinya di internet.

“Ternyata kita bisa lihat sudah ada survei sebelumnya bahwa ada beberapa jenis e-commerce yang paling populer. Dari data ini kan kita bisa lihat ternyata ini pengunjungnya paling banyak di sini, kemudian juga traffic paling paling besar dan seterusnya jadi kita juga bisa dapat informasi baru,” jelasnya.

Artinya mungkin Anda bisa mencoba membuka atau menjual produk Anda di salah satu e-commerce yang paling populer.

Kemudian, Erica mengatakan misalnya Anda akan memulai bisnis kopi tapi belum tahu target pasar dan lainnya, Anda bisa menggunakan data dari hasil survei kompetitor. Dengan begitu seorang pengusaha bisa menentukan harga kopi agar tidak lebih murah dan lebih mahal dibanding kompetitor.

“Dengan adanya data sekunder ini kita bisa tahu harga jualnya tuh rata-rata sekian, pastinya kan kita harus nggak bisa seenaknya untuk menentukan harga, karena tentu saja kita pasti banding-bandingin juga sama kompetitor gimana ini di pasaran,” ujarnya.

3 dari 3 halaman

Infografis Protokol Kesehatan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.