Sukses

Ekonom Ramal Inflasi 2020 Hanya di Angka 2 Persen

Perkiraan inflasi 2020 lebih rendah karena dampak pandemi corona covid-19 yang menyebabkan daya beli menurun.

Liputan6.com, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi inflasi di 2020 hanya 2 persen. Angka tersebut lebih rendah dibanding 2019 yang sebesar 2,72 persen.

“Kalau kemarin kami hitung sekitar 2 persen YoY lebih rendah dari tahun lalu,” kata Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif indef Tauhid Ahmad, kepada Liputan6.com, Selasa (1/12/2020).

Perkiraan inflasi tahun 2020 lebih rendah karena dampak pandemi corona covid-19 yang menyebabkan daya beli menurun. Sementara supply semakin ketat otomatis permintaan atau kenaikan harga itu tidak terlalu tinggi.

“Nah kita memang sempat mengalami deflasi di Juli, Agustus, dan September, tapi perkiraan saya Oktober, November mulai naik 1,6-1,8 persen, dan Desember menjelang akhir tahun inflasinya mencapai 2 persen,” ujarnya.

Selanjutnya Tauhid memperkirakan inflasi tahun 2021 Pemerintah bisa mencapai target 3 plus minus 1 persen. Hanya saja tidak presisi, karena kenaikan inflasi sekitar 1 atau 0,1 persen saja akan sangat berpengaruh luar biasa kepada masyarakat.

“Tahun ini saya prediksikan inflasi lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi yang tentunya itu menjadi beban bagi semua orang. Dan tahun depan saya kira masih berbeda positif sedikit tapi tak terlampau besar,” katanya.

Lantaran 2021 masih dalam proses pemulihan ekonomi, tapi tidak sepenuhnya pulih. Menurutnya tergantung bagaimana Pemerintah menangani covid-19, jika covid-19 selesai dan adanya pemulihan ekonomi, daya beli, dan permintaan barang dan jasa meningkat maka otomatis kenaikan harga secara pelan juga meningkat.

“Karena kita melihat di tahun depan masih ada pemulihan tapi masih belum capacity, artinya pertumbuhan daya beli masih separuh,” kata Tauhid.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pertumbuhan Ekonomi

Di mana pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan mencapai 3 persen, namun lebih rendah daripada prediksi Pemerintah sebesar 4,5 persen, kata Tauhid.

Dikatakan lebih rendah sebab sampai akhir tahun 2020 saja kasus covid-19 semakin tinggi yakni 6000 kasus, dan diprediksikan bisa meningkat lagi.

“Bahkan kenapa ini rendah, Pemerintah sengaja di tahun ini Desember 2020 saja liburnya dikurangi, mereka paham lantaran covid-19 berkepanjangan, maka otomatis di tahun depan akan jauh lebih buruk,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.