Sukses

Sri Mulyani Ingatkan Siswa di 84 Sekolah soal Protokol Kesehatan

Penerapan protokol kesehatan penting dilakukan sejak dini.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kembali melakukan kegiatan Kemenkeu Belajar ke-5. Berbeda dari sebelumnya, kegiatan mengajar ini dilakukan secara virtual dan diikuti oleh lebih dari 1.250 Relawan dan 84 sekolah di seluruh Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengingatkan kepada siswa siswi untuk senantiasa menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Menurutnya, cara yang paling simple untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 bisa dimulai dengan menggunakan masker.

"Dimanapun kalian berada kalian jangan lupa ya untuk menjalankan protokol kesehatan pakai masker," kata dia dalam Kemenkeu Mengajar 5, Senin (30/11).

Bendahara Negara itu juga berpesan untuk selalu berjaga jarak ketika bertemu dan berbicara dengan teman atau bahkan saudara. Hal itu penting dilakukan untuk menekan penyebaran virus.

"Kalau kalian habis bermain, abis bertemu atau habis melakukan aktivitas, 3M itu ya pakai masker apalagi kalau kalian sedang bertemu dengan siapa saja menjaga jarak dan selalu mencuci tangan," katanya.

Dia menekankan, penerapan protokol kesehatan penting dilakukan sejak dini. Apalagi dalam situasi saat ini kita sedang menghadapi musuh bersama yakni pandemi Covid-19. Di mana virus ini bisa menyerang siapa saja dan tidak mengenal umur.

"Kalau di negara-negara lain itu ada presiden Brazil kena Covid-19, kemudian Perdana Menteri Inggris terkenal dan Presiden Amerika sampai masyarakat biasa semua bisa sampai murid-murid pun bisa jadi kita semua," ujarnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sri Mulyani Beberkan Berbagai Syarat jika Indonesia Ingin Jadi Negara Maju

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan beberapa persyaratan agar Indonesia bisa menjadi negara berpenghasilan tinggi (high income country) atau negara maju. Salah satunya mengenai kualitas ketersediaan infrastruktur yang baik.

“Untuk mencapai sebagai negara maju dibutuhkan persyaratan. Hal ini tidak datang tiba-tiba. Dibutuhkan persyaratan mengenai kualitas dan ketersediaan infrastruktur yang baik," kata dia seperti dikutip dari laman kemenkeu, Minggu (29/11/2020).

Selain infrastruktur, hal lain yang dibutuhkan adalah kualitas sumber daya manusia yang baik. Mulai dari kesehatan, pendidikan, skill, karakter menjadi luar biasa penting untuk jadi perhatian.

Prasyarat lain, kemampuan untuk memanfaatkan teknologi secara lebih baik dan kemampuan untuk inovasi. Indonesia juga perlu untuk menata wilayah yang begitu luas agar semakin mampu mencerminkan suatu mobilitas yang efisien dan baik serta sehat.

Selain itu, Indonesia juga membutuhkan sektor keuangan yang makin maju. Stabilitas ekonomi baik pada skala makro maupun pada level mikro, stabilitas politik dan juga peraturan hukum yang ditegakkan secara konsisten juga menjadi persyaratan utama.

Sri Mulyani melanjutkan dengan berbagai perhitungan dari sisi demografi maupun ekonomi, Indonesia akan memiliki populasi sebanyak 318 juta penduduk yang didominasi oleh kelompok muda.

Indonesia akan memiliki penduduk yang tidak hanya muda, tetapi juga produktif, yang sebagian besar (73 persen) tinggal di perkotaan sebagai kelas menengah.

Apabila Indonesia bisa maju terus, maka Indonesia akan menjadi negara dengan ukuran ekonomi yang sangat besar. Bahkan diperkirakan Indonesja bisa masuk di dalam 5 besar dunia dengan pendapatan perkapita mencapai USD 23.000.

Seperti diketahui, Indonesia saat ini sedang pada taraf negara berpendapatan menengah. Namun jika dilihat dari grafik perkembangan pertumbuhan income perkapita Indonesia, ada suatu trend yang menunjukkan peningkatan menuju negara middle-upper income country.

Namun dia mengingatkan bahwa hal ini tidak bisa serta merta menjadi jaminan bagi Indonesia akan secara mudah naik kelas sebagai negara berpendapatan tinggi. Sebab, banyak negara-negara yang sudah mencapai middle income coutry selama beberapa dekade, namun sampai sekarang mereka masih tetap disana.

“Inilah yang perlu untuk kita perhatikan sebagai para akademisi untuk mempelajari apakah kita bisa belajar dari sejarah kita sendiri maupun dari sejarah negara-negara lain, dan apakah kita mampu berubah dan membawa perubahan itu,” sebut dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com 

3 dari 3 halaman

Infografis Protokol Kesehatan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.